Judul di atas pernah jadi pertanyaan saya pada Babe waktu saya mendoakan Aki. Lalu Tuhan mengingatkan saya tentang buku Joshua Harris - Boy Meets Girl.
It's Ok kalau akhirnya tidak jadi menikah, yang penting adalah apakah saya dan Aki tetap berjalan bersama Tuhan di awal sampai akhir hubungan itu. Memang pacaran untuk menemukan apakah dua orang ini benar-benar bisa bersatu dalam pernikahan atau tidak. Jangan memaksa menikah ketika kita tahu bahwa ada hal-hal yang kita ga bisa terima sama sekali hanya karena kita merasa yakin dia orangnya karena sudah berdoa dan puasa. Kadang hal yang menyakitkan harus kita hadapi supaya kita mengerti maksud Tuhan. Bukan berarti kita asal jadian juga yaaaa...
Waktu saya mendoakan Aki, Tuhan juga ga pernah tuh bilang " Ya, dia orangnya.".. Tuhan cuma tanya saya mau diproses sama Aki atau ga? Mau jadi penolong Aki buat Aki memenuhi panggilannya atau ga. Sampai sekarang kalau saya tanya Tuhan apakah emang benar Aki orangnya, Tuhan ga pernah jawab 'IYA'.. Saya cuma mendapat pertanyaan balik " menurut kamu?"...
Sabtu dua minggu yang lalu, akhirnya saya dan Aki konseling awal sebelum masuk kelas Bimbingan Pra Nikah. Jam 10 pagi agak telat setengah jam karena saya dan Aki makan siomay dulu (hehehe), kita ketemu Ka Keng Keng. Awalnya saya agak risau membayangkan apa yang akan Ka Keng Keng tanyakan. Heheheh... Gereja tempat kami beribadah memang sangat menjaga dan concern soal hubungan Pra-Nikah, sedangkan saya dan Aki tipe yang lebih fleksibel selama tidak melanggar apa yang tertulis di Bible.
Ka Keng Keng tanya banyak hal mulai dari bagaimana kami bisa jadian yang menurut beliau termasuk alami dan tidak aneh. Sedangkan menurut saya cukup aneh :D. Beliau juga tanya target menikah, jaga kekudusannya bagaimana, kenapa mau menikah dan kenapa harus dengan orang ini?(pertanyaan yang sering saya tanya pada Tuhan =.=).
Target menikah dan soal jaga kekudusan kami lancar saja menjawabnya karena memang sudah kami pikirkan jauh sebelum Ka Keng Keng bertanya. Yang susah waktu ditanya Kenapa mau menikah dan kenapa harus menikah dengan orang ini?? Hahahha...Saya sempat stress dengan pertanyaan itu. Pertanyaan itu jadi Peer + komitmen tentang jaga kekudusan, yang sebenarnya sudah kami laksanakan dari awal kami jadian.
Hmmm..hari ini bener-bener ga nyangka seharian sama Aki ikut Bonataon Sirajaoloan di HKBP (ga seharian juga sebenarnya). Awalnya Aki ikut ke Cilegon cuma buat setor muka ke Bonyok, tapi tau-tau Papa telepon dan nyuruh ikut. Ya, udah, di rumah juga pasti ga bakal ada orang. Ga mungkin kan beduaan di rumah ga ada orang, akhirnya kita ikut.
Waktu ikut ternyata Bou Anton juga ikut (emaknya pariban yang pernah sempet mau dijodohin sama saya). Beliau keliatan kurus sekali dan ternyata sudah beberapa hari ada di rumah. Beberapa hari lalu peringatan kematian mendiang suaminya dan beliau tidak mau sendirian jadi dijemput dari Cijantung dan tinggal di rumah kami. Ya, bagus juga sih. Soalnya Bou Anton tinggal sendirian. Dua anaknya sudah merantau semua. Kasian ga ada yang jagain.
Dear Tuhan Yesus,
*Tarik napas-buang, tarik napas-buang*… Aku lelah dengan diriku. Diriku yang selalu cemas dan khawatir akan banyak hal. Aku tidak bisa santai dan berpikir tenang. Entahlah, Tuhan. Aku kehilangan kepercayaan diri.
Aku tahu pasti langkahku Engkau yang selalu sertai. Entahkah aku belok kenan ataukah belok ke kiri. Aku tak meragukan kesetiaan kasih-Mu, tapi aku meragukan diriku.
Tuhan, terlalu banyak yang kutakutkan. Setan ini menghantui hatiku. Tidurku penuh mimpi yang membuat aku lelah. Aku terbangun terus menerus dan tidurku tidak pernah baik.
Seperti orang sakit aku merasa lemah dan lesu. Badanku payah dan tenagaku tak ada. Menyedihkan…Aku ingin bersemangat, tapi tidak tahu untuk apa…
Sedih..sedih banget waktu liat anak murid saya menangis mengatakan "Saya ga tahu Tuhan kayak apa, Ms! Temen saya bilang seperti ini, di gereja di bilang seperti ini, yang lain bilang begini. Saya takut salah!"
Saya tertampar mendengar kata-kata anak murid saya ini. Saya tahu apa yang dia rasakan. Kebingungan tentang imannya. Ketakutan akan kesalahan...Benarkah cara saya menyembah Tuhan? Benarkah pribadi yang saya sembah ini seperti ini??
Saat dogma dan paradigma ditanamkan pada kita, kita mendapat gambaran Tuhan seperti apa. Tapi sayangnya manusia itu berbeda-beda. Pikiran berbeda, persepsi berbeda bahkan cara bicara berbeda..Maka jika manusia menggambarkan manusia juga bisa berbeda...
Tapi yang saya sadari dan mungkin selama ini sering saya lakukan juga, sering kali saya mengatakan pada orang-orang yang saya bina bahwa kamu ikut Tuhan harus begini dan begitu...Harus lakukan ini dan itu...Sampai akhirnya saya mengerti saya sedang memaksa orang taat pada Tuhan, bukan mendorong mereka untuk mencintai Tuhan sungguh-sungguh hingga melahirkan ketaatan.