Brake One of Your Wing and Fly with Your Partner


Tadi pagi lagi-lagi saya bergumul tentang pernikahan. Entah kenapa saya merasakan ada sesuatu yang sulit saya tinggalkan jika saya memilih menikah. Apakah itu?? My dream, my vision...

Bukan benar-benar saya tinggalkan sih, tapi saya tidak bisa bermimpi sama seperti di masa single saya. Mimpi setinggi mungkin, melayani sepuasnya, pelayanan ini itu...Berat?? Antara ya dan tidak. Ya, karena untuk menyesuaikan diri menjadi orang yang apa-apa harus laporan, apa-apa harus didiskusikan dulu itu tidak mudah. Sejak kecil saya anak yang terbiasa ditinggal sendiri secara psikologis, karena itu kehadiran orang yang benar-benar signifikan AKA calon PH adalah penyesuaian yang besar-besaran. Apalagi kalau nanti sudah menikah.

Jadi selama di perjalanan ke sekolah saya merenung..Tuhan, apakah saya benar-benar ingin menikah?? Apakah Tuhan ingin saya menikah??


Babe bilang Dia lebih senang kalau saya tidak menikah. Totaly hidup saya diberikan untuk Tuhan, tapi Tuhan punya rencana lain jika saya menikah. Rencana yang tidak kalah indahnya kalau saya memilih menikah. Tuhan menjanjikan satu hal kalau penyertaan Dia tidak akan berakhir kemana pun saya melangkah.

Tuhan menunjukkan kalau saya menikah, saya harus mematahkan satu sayap saya dan begitu pula dengan pasangan saya, supaya bisa terbang bersama dan tidak terbang sendirian. Saya membayangkannya sepertinya aneh. Pasti akan sulit dan Tuhan membenarkan, memang sulit. Tidak mudah. Tapi lagi-lagi, saat mata kami tertuju pada Tuhan...Tidak ada yang mustahil...

Sejak pertama mendoakan Aki, kerinduan saya cuma satu..Dia bisa hidup maksimal. Maksimal dengan potensinya, maksimal dengan fungsinya sebagai pria. Makanya Tuhan banyak tegur saya dengan keras kalau saya menunjukkan sikap hormat padanya sebagai pria atau berpikir buruk tentang dia, atau memperlakukan dia dengan tidak sepatutnya karena setiap perilaku dan tindakan saya akan mempengaruhi dia juga.

Bener-bener ga mudah...Saya merasa Tuhan menaruh kuk di bahu saya sejak saya komitmen sama Aki. Saya benar-benar mematahkan satu sayap saya. Mulai dari belajar curhat dan terbuka pada dia (saya tidak biasa terbuka sama pria...It was weird for me), belajar menerima bantuan dan perhatian, belajar memberikan perhatian dan bantuan, belajar menegur...benar-benar belajar mempelakukan dia seperti sahabat saya sendiri. Suuusaaahhh bangett...Tapi Tuhan selalu "tepuk bahu" saya dan memberi banyak pengertian, memberi saya rasa aman untuk bisa memberikan kasih sayang yang benar pada Aki. Dia meruntuhkan semua harga diri dan kesombongan saya lewat pria ini.

Seperti mengepak barang-barangmu dan sisakan hal-hal berharga yang tidak bisa kamu bawa, supaya kamu bisa pergi dengan langkah yang ringan...Itulah yang terbayang di kepala saya saat saya berkeluarga nanti. I'm not a teenager anymore...Ada kebiasaan-kebiasaan masa single saya yang harus saya kurangi. Saya tidak bisa menikmati uang saya sendirian, saya tidak bisa mengatur waktu semaunya dan sebagainya...

Sulit...tapi bersama Tuhan, kita bisa menikmati masa-masa itu...:D..

So, yang single, nikmati masa singlemu...Karena kalau pangeranmu datang, banyak barang yang harus kau pilah pilih untuk kau bawa atau kau tinggalkan...


1 Comments

  1. huaaaahhh.....semangat neng ^^/ jadi ingat bukunya Max Lucado, aku lupa judulnya, tapi yang jelas tentang melakukan perjalanan tanpa bawaan gitu deh, jadi ternyata banyak hal yang gak perlu kita bawa, dan lebih baik ditinggalkan, supaya perjalanan kita ringan ^^V

    BalasHapus