Memperkatakan Yang Baik

Eh, selama Pilpres ini (ih, masih soal Pilpresss??!!) saya banyak tulisa status-status yang minta tementemen FB saya menulis hal-hal yang baik. Mulai dari menggunakan kalimat yang tenang, sampai kalimat yang akhirnya lumayan 'ga asik' (sahabat saya sampai menegur akakkaka). Dari yang tadinya saya tenang saja, sampai jadi ikut-ikutan 'nyebelin' (apakah seperti itu? Saya merasa tertular virusnya hihihi). Dari yang tadinya saya abaikan, sampai saya unfollow beberapa teman yang saya sudah tidak tahan dengan kalimat-kalimat menjatuhkannya.

Mungkin kesannya saya merasa paling benar, tapi bener kan ya?? Kita harus menjaga perkataan kita? (cari teman). Selama ini kita selalu bikin hastag PrayForIndonesia, tapi kalau perkataan kita sendiri menjatuhkan tanah air kita dan lebih sering menceritakan 'dosa' orang lain, bukankah kita sedang menabur doa juga??


Entah sejak kapan ya... Mungkin sejak pertama bekerja. Tuhan banyak ajarkan saya untuk tidak mengeluarkan kata-kata keluhan, perkiraan hal buruk (karena rasa takut ), kata-kata yang menjatuhkan, membicarakan keburukan orang lain, atau perkataan buruk lainnya. Kenapa?? Karena setiap kali kita mengeluarkan kata-kata yang buruk, kita sedang membiarkan Roh kita menjadi lemah. Tuhan 'kan bilang, " Iman timbul dari pendengaran..."

Pendengaran kita sangat penting unuk membangun iman kita. Di gereja saja kita diajarkan untuk memperkatakan firman terus menerus supaya telinga kita sendiri mendengar firman yang keluar dari mulut kita dan dari situ iman kita dibangun.

Waktu saya banyak berkeluh kesah, roh saya menjadi lemah. Saya menjadi tidak punya semangat dan lebih sering merasa menjadi korban. Saya sudah mengalami sendiri. Karena banyak berkeluh kesah ini hubungan saya dan salah satu teman saya sempat terputus. Saya merasa menjadi korban dan seolah-olah seluruh dunia menekan saya. Itu salah satu saat-saat terbawah dalam hidup saya.

Waktu saya mengeluarkan kata-kata yang menjatuhkan, roh saya bukan cuma menjadi lemah. Kalau setelah bicara saya mengabaikan hati nurani saya, hati nurani saya akan tumpul. Orang yang mendengar perkataan saya pun tidak akan mendapat berkat.

Waktu saya mengatakan perkiraan buruk karena takut, roh saya menjadi lemah dan benar-benar dikuasai ketakutan. Tindakan-tindakan saya bukan lagi berdasarkan iman, tapi karena ketakutan-ketakutan saya. Karena itu, Tuhan sering menahan lidah saya mengatakan hal-hal buruk di masa depan yang tidak pasti seperti apa. Supaya roh saya tidak menjadi lemah dan mudah lelah, parahnya kehilangan damai sejahtera dan sukacita yang bisa mempengaruhi hubungan saya dengan sekeliling saya.


Waktu saya membicarakan keburukan orang lain, apalagi kalau saya tidak mengenalnya dengan baik, saya menjadi percaya kalau orang itu memang buruk. Ada pola tertentu dalam pikiran saya yang membentuk perilaku saya pada orang tersebut. Yang pasti perilaku itu bukan berdasarkan kasih, tapi penghakiman. Entah kita menjadi jaga jarak atau merendahkan dan meremehkan --- pas pilpres ini saya banyak melakukannya. Mengadu pada suami soal si A, B, C, yang kalau komentar begini dan begitu. Sampai akhirnya Tuhan tegur juga lewat gambar di socmed dan salah satu sahabat saya. Kekang lidah lagiii...

Tapi dari semuanya tentang memperkatakan sesuatu, lidah kita akan mengeluarkan yang baik karena hati dan pikiran kita sendiri.

Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya." Lukas 6: 45

Kita tidak akan bisa pungkiri, kalau setiap hal yang keluar dari lidah, perkataan, tatapan mata, dan bahasa tubuh itu pasti keluar dari dalam hati kita. Kalau lidah kita bohong, maka bahasa tubuh kita tidak akan bisa bohong.

Jadi, apakah yang kita ucapkan tentang Indonesia?? Itulah yang menjadi isi hati kita. Apakah itu yang menjadi iman kita juga?? Jangan sampai kita mengeluarkan kata-kata yang telinga kita dengar sendiri dan akhirnya melemahkan roh kita sendiri.

Ah, ya ini jadi koreksi pribadi juga sih. Bagaimana pun, saya menunjuk teman-teman saya yang menyebalkan itu, tapi ternyata saya kena seperti itu juga. Hehehhe... *ngakungaku

Waktu ada teman FB yang tanya kenapa saya merinding bayangin Pak Jokowi pimpin Indonesia, lidah ini gatal ingin menjelaskan semua ketakutan saya. Kekuatiran saya. Kengerian saya. Tapi, lagi-lagi Tuhan ingatkan, jika tidak membangun untuk apa diceritakan?? Balik lagi, semuanya itu ketakutan, kekuatiran, dan kengerian yang tidak memiliki dasar. Saya tidak mau membuahi ketakutan saya dan menjadikannya iman. Biar kebenaran Tuhan yang jadi, bahwa semua pemerintahan berasal dari Allah. Saya mengimani hal itu. Apa pun yang terjadi nantinya (mungkin ketakutan saya terjadi --- amit-amit ketok meja), pasti mendatangkan kebaikan.


Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semuayang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. Filipi 4:8

0 Comments