Saat Tidak Punya Kakak Rohani

Beberapa  hari lalu saya membaca postingan Fanny tentang pergumulan dia supaya dapat partner rohani dan Tuhan langsung jawab doa dia. Waktu baca kesaksian dia ini, yang ada di kepala saya adalah kakak rohani atau pembina. 

Jujur, saya ini orang yang masih bergumul soal pembina. Waktu pertama masuk ke Abbalove, saya punya pembina dan ternyata memang beliau tidak bisa concern 100% dengan hidup saya. Waktu saya jadi Pemimpin Kelompok Sel ada Pengawas Area yang bisa jadi pembina kita, itu pun akhirnya beliau harus pergi buat koas. Setelah itu ada lagi yang menggantikan dan akhirnya dia harus pindah ibadah Giliran saya di Bimbingan Pra Nikah, pembina saya tidak bisa selalu bersama istrinya.

Saya jadi sering bertanya-tanya pada Tuhan, "Kok, saya susah banget ya bisa ketemu sama orang yang bisa jadi 'bapa' saya?" 
Saya pernah mencari secara inisiatif seseorang yang saya percaya bisa membapai saya selama saya bangun hubungan. Herannya setiap kali saya ingin bertemu, kalau beliau yang tidak bisa, saya yang tidak bisa. Sampai akhirnya saya menyerah dan entah bagaimana putus komunikasi walau pun bertemu di beberapa ibadah.

Masalahnya dimana ya?? Padahal secara logika, saya bisa terus mencari mereka kok. Saya bisa minta waktu mereka dan saya percaya mereka juga akan memberikan waktu mereka. Sayangnya, saya ini sudah terlanjur 'tercuci otak' untuk tidak merepotkan hidup orang lain. Dari kecil saya sudah diajarkan untuk tidak merepotkan orang lain. Kalau pun saya merasa susah dan berat, saya ingin orang yang datang pada saya dan menanyakan ada apa dengan saya. Saya tidak terbiasa mencurahkan isi hati saya dengan gamblang dan leluasa pada oang yang tidak saya kenal.

Karena masalah saya ini, saya sempat pahit hati pada pemimpin. Pemimpin yang mana?? Saya saja tidak tahu. Pokoknya yang labelnya 'pemimpin' itu jangan diharepin buat merhatiin hidup kita secara personal. Yang ngerti kita luar dalam dan selalu ada saat kita butuhkan, tidak akan meninggalkan kita, dan menanyakan kabar kita siang malam.

Apakah ada yang menemukan paradigma yang salah mengenai pemimpin atau kakak rohani dalam kalimat saya di atas?? Yup!! Ada paradigma yang salah saat saya mengartikan kakak rohani.

Dulu saya selalu berpikir, kakak rohani itu harus lebih tua kerohaniannya, harus bisa memperhatikan saya, harus menerima saya apa adanya, harus mengajarkan saya ini dan itu bla..bla..bla... Kenyataannya?? Saya mendapatkan banyak nilai-nilai, dukungan doa, dan teladan dari pembina-pembina saya, tapiiii..... Saya tidak bisa mengharapkan mereka mengisi kekosongan saya akan rasa aman karena ingin merasa dilindungi dan diayomi. Tidak bisa. Kenapa?? KARENA MEREKA MANUSIA BIASA.. sama seperti saya. Mereka bisa membuat kesalahan. Mereka memang punya kehidupan masing-masing yang harus mereka jalani. 

Lagipula, kita memilih menjadi Kristen bukan karena untuk mengikuti pembina kita, tapi untuk mengikuti Kristus. Pembina kita hanya perpanjangan tangan Tuhan untuk bisa membantu kita mendapat dukungan dan pengertian. Bahkan terkadang Tuhan bisa bicara pada kita lewat orang-orang yang baru lahir baru.

Jadi, saya memang sempat bergumul tentang kakak rohani atau pembina. Menginginkan ada orang yang memperhatikan saya secara khusus dan menuntun saya mengikut Kristus dengan sungguh-sungguh. Sampai akhirnya saya berpikir, kenapa saya butuh pembina?? Gimana dengan mereka yang gerejanya tidak mengajarkan akan adanya kakak rohani?? Apakah mereka bertumbuh dengan cara yang salah?? 

Saya masih belum tahu jawabannya. Yang saya tahu hari ini, sekalipun saya tidak punya payung rohani alias pembina rohani, saya punya pagar rohani di sekeliling saya. Orang-orang yang saya percaya berjaga-jaga atas hidup saya. Sahabat-sahabat saya, keluarga saya. 

Saat ini saya tidak menundukkan diri dibawah payung pembina, tapi saya menundukkan diri dibawah payung suami dan orang tua saya. Kenapa begitu?? Karena penundukkan diri itu penting. Kalau saya tidak menundukkan diri pada satu otoritas, saya akan menjadi orang yang berpikir dan bertindak semaunya. Terlebih lagi, penundukkan diri pada yang kelihatan, mengajarkan diri kita untuk tunduk pada Tuhan yang tidak terlihat.

Selain itu, banyak teman-teman kita yang haus untuk bisa bertumbuh dalam kebenaran, tetapi tidak punya orang-orang yang bisa membimbing. Seperti kesaksian Fanny di blognya, 

Matius 7:7 Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.


Minta dan jika Tuhan berkenan, Tuhan pasti akan menunjukkan orangnya. Tapi dalam kesaksiannya, Fanny bukan hanya minta, dia juga mencari. So, buat temen-temen yang haus dan butuh kakak rohani, minta sama Tuhan. Kalau sampai akhirnya tidak mendapat juga, ingatlah bahwa haus akan Tuhan tidak tergantung dari adanya seseorang di sisi kita atau tidak. Ya, mereka bisa menjadi pendukung kita, tapi kalau hari ini kita masih Tuhan percayakan untuk menunggu.... Jangan pernah padamkan api. Jangan pernah menyerah untuk terus mengenal Tuhan. 

Jika kita butuh teladan dan kita tidak punya teladan yang spesifik, ingatlah, kalau Tuhan bisa pakai siapa saja untuk menjadi teladan kita. Bahkan anak kecil sekali pun. Kejarlah Tuhan, jangan kejar manusia (yang ini memang kudu ngerhema sendiri baru orang ngerti :p). Manusia tidak sempurna. Kalau kita mengejar manusia, kita pasti akan kecewa. Tapi kalau kita mengejar penganalan akan Tuhan, percayalah Tuhan akan tunjukkan banyak orang untuk bisa jadi teladan kita entah dia orang percaya,  entah dia orang bukan percaya. :D... 

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Saat kita mengejar pengenalan akan Tuhan, tanpa sadar rasa ingin tahu dan keinginan kita untuk belajar menjadi semakin besar. Kita bisa melihat Tuhan berbicara dan mengaja kita lewat apa saja dan dimana saja. Tapiii.... Semuanya itu tidak akan bisa kita saring kalau kita tidak membaca dan merenungkan firman Tuhan. :D






5 Comments