Brave: Keberanian Yang Sesungguhnya



Mari kita lupakan tentang Batman yang Wow dan bikin berdecak kagum sambil pegal leher, sekarang saya mau bahas film animasi yang ga kalah bikin hati diaduk-aduk BRAVE.

Yang sudah nonton film ini acung kaki!!



Seperti biasa PIXAR bikin film yang selalu meninggalkan rasa hangat di hati dan kali ini they did it again!! Bukan kisah putri bersama pangeran yang berkesan romantis dan fairytale. Di film ini justru PIXAR mau nunjukin arti keberanian yang sesungguhnya.

Kisah tentang Putri Merida yang tomboy dan suka memanah sementara ibunya, sang Ratu, ingin putrinya ini menjadi seorang putri yang sesungguhnya. Bersikap anggun dan seperti perempuan karena Meridalah yang nanti yang akan mewarisi tahta kerjaan.

Tapi sayangnya ibu-anak ini tidak memiliki kata sepakat. Merida masih ingin bebas dan melakukan banyak hal, sedangkan ibunya ingin Merida belajar menjadi wanita dan menikah dengan pangeran dari negeri tetangga.

Merida tidak bisa menerima rencana ibunya dan akhirnya meminta bantuan seorang penyihir untuk membantu mengubah keputusan ibunya. Sayangnya, ternyata hasilnya tidak seperti yang Merida harapkan. Keputusan ibunya tidak berubah, malahan wujudnya yang berubah. Ibunya menjadi seekor beruang. Hewan yang paling berbahaya yang ada di sekitar bangsanya.

Di tengah kekacauan itu pertengakaran antara Merida dan ibunya masih terus berlanjut. Sementara itu mereka juga harus berusaha mencari cara agar Ratu segera berubah kembali menjadi manusia atau dia akan menjadi beruang selamanya.

Di saat-saat sulit itulah Merida dan Ratu belajar untuk saling mendengarkan isi hati masing-masing, Mementingkan apa yang menjadi keinginan mereka satu sama lain, bukan mempertahankan apa yang menurut mereka sendiri benar.

Inti dari cerita Brave ini bukan menceritakan keberanian seperti yang dimiliki superhero atau para polisi, tapi tentang keberanian untuk berjiwa besar menerima pendapat orang lain dan mendengarkannya.


Seringkali pertengkaran antara sesama manusia bukanlah perbedaannya, tetapi ketidak sediaan untuk mendengarkan. Hati kita terlalu sombong untuk mendengarkan sejenak dan mengerti isi hati orang lain dan sedikit menunjukkan kepedulian kita. Kita hanya peduli apa yang kita pikirkan dan apa yang kita rasakan. Dan seperti di film Brave ini, ego yang seperti itu jika tidak segera diubahkan akan menjadi monster yang sesungguhnya. Kita tidak lagi menjadi orang yang berbelas kasihan dan tergugah akan kesulitan orang lain, malahan kita menjadi pribadi yang egois dan sering berkata,



" Masalah buat lo??"

Brave... sangat saya rekomendasikan untuk nonton. Film pertama yang membuat saya menangis di bisokop. hehhehehe...


2 Comments