[Curhat] Aku Bersyukur Pernah Menjadi Korban Pelecehan




"Kalau Anda berani menyentuh wanita, otomatis sudah anda menunjukkan padanya kalau Anda tidak terintimidasi oleh kecantikannya." 

Cuitan yang mengajarkan bagaimana bisa menjadi cowo yang Ok ini menarik perhatian saya dan membuat saya memutar memori saya ke masa lalu. 



Bisa dibilang saya ini salah satu korban pelecehan dan beberapa kali mengalami. 

Pertama kali mengalami saat saya SD. Saya bertengkar dengan teman saya, seorang anak laki-laki, yang entah bagaimana tiba-tiba dia memegang payudara saya dengan kencang. Di tengah-tengah kelas yang ramai. Waktu saya kaget, terdiam, lalu menangis. Guru di kelas tidak melihat dan mengira hanya keributan biasa.

Saya tidak tahu kenapa teman saya melakukan itu. Memang sih saat itu pertumbuhan saya lebih cepat dari teman-teman yang lain. Kejadian itu juga membuat saya tidak suka dengan bentuk tubuh saya. 

Saya baru menceritakan hal ini pada orang tua saat saya akan menikah. Itu pun saya pikir saya sudah menceritakannya. Ternyata belum. 

Kedua kalinya saat saya SMP. Saat pulang dari study tour sekolah. Saat itu sudah sore hari. Saya berjalan sendirian ke arah lampu merah tempat saya naik ojek. Tiba-tiba dari belakang orang datang meremas bokong saya. Saya kaget tapi cuma bisa diam. Orangnya sudah pergi begitu saja. Tapi saat itu saya tidak menangis. Hanya pikiran yang menanamkan, badan saya mancing orang jadi brengsek. Padahal pakaian saya seragam biasa. 

Ketiga, pertama kali ke bandung. Saya mengantarkan kamera pada adik saya. Saat saya akan pulang dengan diantar adik saya, tiba-tiba dari belakang seseorang naik motor dan meremas bokong saya. Lagi-lagi saya diam.. Memaki saat orang itu sudah jauh. Menangis? Tidak. Hanya makin tidak percaya dengan laki-laki. 

Keempat, saat saya pulang ibadah di hari Minggu. Biasanya saya pulang bersama teman-teman tapi saat itu saya pulang sendirian. Tinggal beberapa meter lagi saya sampai di kosan. Tiba2 dari belakang ada orang naik motor lalu meremas payudara saya. Saya kaget dan terdiam. Saat saya memaki, orang itu berhenti lalu tertawa menyeringai dan berlalu pergi. Saya menangis. Menangisi karena tidak bisa melawan, merasa diledek, merasa direndahkan. Saat sampai kosan bersyukur ada sahabat saya. Saya menceritakan apa yang terjadi. Dia memang tidak bisa berbuat apa-apa, tapi setidaknya saat itu saya tidak sendirian. 

Pelecehan terakhir itu.. Pelecehan yang meremukkan saya supaya saya kembali percaya pada pria. Padahal kejadian itu yang paling membuat saya trauma. Sampai saya beberapa hari takut mendengar suara motor yang berjalan di belakang saya. 

Itu terjadi beberapa hari sebelum saya mengikuti camp Wanita Bijak. Camp di mana saya belajar untuk menjadi seorang penolong untuk orang-orang sekeliling saya termasuk menolong teman-teman pria saja maksimal menjadi pria sejati. Di camp itu saya belajar mengampuni dan percaya pada saudara2 pria saya. Menganggap mereka sebagai saudara bukan ancaman.. 

Setelah Camp Wanita Bijak, saya belajar mempraktekkan kasih saya dengan saudara seiman pria. Dulu saya tidak bisa memberi hormat pada teman pria. Saya tidak mau terlalu serius bicara dengan mereka. Tidak mau mereka tahu apa yang saya pikirkan. Saat saya memutuskan praktek kasih, saya memberanikan diri menghubungi teman pria sepelayanan saya. Teman pria yang paling sulit saya hormati karena tingkahnya yang tidak pernah serius. Saya meminta dia bertukar peran dengan seorang teman supaya kami tampil lebih maksimal. Sejak itu, komunikasi lebih intens. Banyak bertukar pikiran... Dan sekarang dia adalah suami saya. 

Lalu kenapa saya bersyukur saya pernah menjadi korban pelecehan?? Rasa insecure saya tanpa sadar menjaga diri saya dari hubungan tidak sehat. Saya takut disentuh teman pria. Teman-teman pria saya tahu hal ini bahkan pada saat SMA mereka mengetes saya. Beberapa  teman menyentuh saya, saya kabur. Yang lain mencoba juga, saya kabur lagi. Sebenarnya itu hanya bercandaan. Saya tahu mereka hanya bercanda, saya pun tertawa-tawa, tapi entah kenapa setiap saya mengingatnya saya tidak gembira. 

Beberapa teman pria yang mendekati saya. Saya mencoba membuka diri atas saran seorang teman. Ok, kami jalan bareng. Baru sehari jalan bareng bahu saya dirangkul. Mungkin niatnya baik ingin melindungi, tapi saya langsung mengerutkan bahu saya. Esoknya saya katakan pada teman saya, saya tidak mau jalan sama cowo itu. 


Di masa-masa kuliah ada juga cowo yang pendekatan. Awalnya saya tertarik tapi cara dia pendekatan membuat saya urung diri. Dia mendekatkan diri dan menyentuh tangan saya sambil senyum-senyum. Entah apa artinya. Saya tidak menghempaskan tangannya, tapi saya kehilangan rasa hormat padanya. 

Di lain hari saya copy darat dengan seorang teman friendster (jaman batu). Saya tidak mengerti kenapa pria suka sekali senyum2 tidak jelas. Saat kami jalan di tempat sempit, dia menyentuh pinggang saya agar bergeser. Otak saya yang sudah memandang pria sebagai makhluk mesum, langsung mencoret dia dari daftar "pria yang bisa dijadikan suami". 

Setiap kali mengingatnya saya ingin tertawa. Bagaimana saya bisa menikah sedangkan saya takut disentuh?? Setiap saya memikirkan hal itu, saya pikir memang lebih enak hidup selibat. 

Tapi saat saya menikah, menerima ciuman pertama dari suami saya. Saat itulah saya mengerti. Luka-luka di masa lalu saya tanpa saya sadari menjaga saya. Ketakutan tersembunyi saya pada pria membuat saya tidak perlu punya mantan. Saya memberikan diri saya pada suami dalam keadaan murni tanpa dibayangi masa lalu dan berbagai macam ketakutan. 

Kalau saya membayangkan diri saya pernah pacaran dengan pria lain, mungkin saya orang yang akan gagal move on. Mungkin saya akan memberikan diri saya tanpa pikir panjang sebagai bukti cinta. Karna kalau saya sudah sayang, susah lepas...  Termasuk tipe yang akan jadi bodoh kalau jatuh cinta. 

Itulah kenapa saya bersyukur pernah menjadi korban pelecehan. Hal buruk di masa lalu saya Tuhan jadikan baik. Bahkan jadi bahan penyaringan saya memilih pasangan hidup. Pada masa pendekatan suami saya tidak pernah menyentuh saya, sampai saat pacaran, ia meminta ijin menggandeng saya. Sebuah pelukan hanya sekali. Itu pun saya memintanya tidak melakukan lagi dan dia setuju. Saya pikir saat itu mungkin dia bisa menahan diri, tapi jangan2 saya yang tidak bisa . 

Dan di hari H pernikahan, saat saya menyerahkan diri pada suami, sampai hari ini, saya mengucap syukur penjagaan Tuhan atas hidup saya. Duri2 yang Tuhan ijinkan ada dalam hidup saya ternyata menjadi pagar yang menjaga saya agar saya bisa menikmati pernikahan saya hari ini. 

Saya tahu banyak perempuan2 lain yang mengalami hal yang lebih buruk.. Saya tidak bilang tidak usah sedih. Saya tahu kejadian-kejadian seperti itu membuat perasaan kita campur aduk. Marah, sedih, merasa direndahkan, merasa murah, tidak berharga. Kadang kita malah jadi benci diri sendiri. 

Saya hanya ingin mengatakan.. Dan mungkin kamu sudah bosan mendengarnya, tapi saya akan mengatakannya lagi... 

Tuhan selalu merancangkan hal baik. Tindakan dosa pria2 itu, Tuhan balik menjadi hal baik. Yang terpenting adalah melepaskan pengampunan. Melepaskan ikatan dari orang-orang itu. 

Sampai hari ini saya masih bisa mengingat seringai pelaku pelecehan yang dulu. Tapi saya tidak mau dia terus menghantui saya. Saya tidak mau rasa hormat saya pada saudara seiman saya rusak hanya karena 1 orang itu.. Laki2 tidak semuanya sama.. Selalu ada yang bisa dipercaya. Ya mereka tidak sempurna begitu pun kita wanita.. 

Kejadian-kejadian itu sebenarnya sedikit masih mempengaruhi saya. Terutama saat ada masalah dengan suami. Tapi Tuhan terus ingat kembali untuk berpikir dengan cara yang benar. Pria2 itu bukan suami saya. Saya tidak bisa menyamakan suami saya dengan mereka. 

Bekas luka itu masih ada, akan muncul saat kita terluka lagi walau tidak perih.. Mungkin hanya setitik noda dalam pikiran kita ... Tapi Tuhan yang baik.. Kepada Dia saja kita meminta pemulihan. Setiap kali luka itu muncul menguasai pikiran kita.. Lari pada Tuhan... Lari pada Tuhan. Minta Tuhan luruskan.. Minta Tuhan pulihkan...

Supaya kita bisa menikmati hari ini. Supaya kita bisa berharap untuk masa depan..

Hari ini...setidaknya saya bisa menceritakan cerita2 tidak enak ini pada suami sambil tertawa...

Datang pada Tuhan.. Dia akan memulihkan ❤️❤️


0 Comments