[Tuhan, Sakitt..]
Aku duduk di sisi-Nya
Tidak ada suara
Tidak ada kata
Hanya aku dan Dia
Ucapan tak lagi sanggup menjelaskan
Isi hati yang terdalam
Tapi aku tahu Dia tahu
Dia merasakan yang kurasa
Dia menangis bersamaku
Mengerti lukaku
Ia tidak memihakku untuk membenarkan diri
Tapi Dia mengerti lukaku
Dia duduk bersamaku
Dalam keheningan Dia mendengarkan sayatan hatiku
Dalam kesunyiaan Dia mengerti sesakku
Saat aku menangis
Aku melihat luka yang kurasakan di matanya
Ia mengerti
Lebih mengerti dari yang kubayangkan
Sakit....
Sakit...
Sakit...
Lalu rasa perih itu memudar
Rasa sesak itu menjadi samar
Ia menunjukkan janji-Nya
Ia memberikanku pengertian yang tak pernah kukira
Dia buka mataku
Melihat apa yang Ia lihat
Mengerti apa yang menjadi pikiran-Nya
Saat aku tersadar lukaku telah Ia pulihkan
Masih ada goresan di sana
Tapi Ia menjadikannya hiasan
Agar aku menjadi lebih dewasa
Dan saat aku melihat wajah-Nya
Semuanya jadi terasa mungkin
Mungkin untuk aku bisa mengampuni
Mungkin untuk aku bisa berjalan lagi
Saat aku melihat wajah-Nya
Aku merasa sanggup
Untuk hidup kembali
------------------------
*Teruntuk kamu orang2 yg kukasihi yang sedang terluka...
Karna aku ga tahu cara menghibur yg baik, mengajar yang baik...
Aku cuma tahu Tuhan selalu bersama mu, sekalipun kamu sendirian...
Aku pun pernah terluka..
Dan beginilah cara Ia memulihkanku
Aku berdoa...
Supaya Tuhan mengalirkan kasih karunia-Nya dan kamu menjadi pulih juga...
Hidumu dalam tangan-Nya
Pic: Om google
Kalau lagi dapet gini, bawaan melankolis jungkir balik. Puji Tuhan ga meledak2 kayak bulan2 sebelumnya.
Masih bisa sabar sama Gi. Walau tetep ada marah kalau dia lagi susah dibilangin, ga sampai meledak2 kayak biasanya.
Jadi Mama itu perjuangan lahir batin. Iya... Jadi inget emak di rumah huhuhuh.
Nyiksa?? Iya
Sakit? Iya
Capek? Iya
Sepadan ga sih??
Kalau mau hitung2an untung rugi. Ga. Ga sepadan sama sekali. Lebih enak single. Jalan2 sepuasnya. Pakai uang sendiri buat foya2. Nikmatin hidup tanpa tanggung jawab.
Bener toohhh??
Tapiii...
Aku hidup bukan lagi aku yang hidup... Hehhehee.
Jauh sebelum saya nikah, sebelum hamilnya Gi, sebelum Gi lahir.. Saya sudah menyerahkan hidup saya dan semua hak saya sama Tuhan.
Jalan2, nikmatin gaji sendiri, beli ini itu jadi ga begitu menarik lagi.
Waktu saya memutuskan untuk mengambil bagian dalam rencana Tuhan buat menikah..
Saya menyerahkan 1 lagi hak saya pada Tuhan tentang kebebasan bersenang2 sendirian.
Waktu saya meminta Tuhan menumbuhkan benih di rahim saya yang akhirnya menjadi Gi, saya meletakkan hak saya yang lain yaitu kenyamanan.
Tadinya saya pikir akan menyenangkan, mudah, bagai di taman bunga. Tapi ternyata banyak lembah kelamnya.
Iya, pernikahan dan memiliki anak itu seperti lembah kelam. Tapi suami dan anak saya adalah bunga2 yang mewarnainya. Setiap melihat mereka berbahagia, saya lupa sedang berada di mana.
Saya lelah, saya capek, sakit dan kewalahan, tapi saya puas dan merasa penuh. Ya, anehnya pada saat saya berusaha memuaskan diri saya sendiri dengan motivasi yang cenderung egois penuh amarah, saya merasa kosong dan semakin lapar.
Aneh yaaa... Mungkin karna Roh Kudus ga suka. Hahhaha.
Akhirnya memenuhi kebutuhan sendiri dengan motivasi ujung2nya jangan sampai sakit baik fisik dan mental karena kalau saya sakit, siapa yang urus Gi dan Papanya. Papa Gi udah cukup lelah dengan pekerjaan. Jangan sampai nambahin kekuatiran dia. Kalau pun emang harus sakit biar karena Tuhan yang ijinin, bukan karena kelalaian saya.
Ga boleh kurang tidur, ga boleh telat makan, kalau udah kewalahan istirahat. Baca buku, nonton, ngemil, atau apa saja. Pokoknya jangan sampai stress parah. Pikirkan hal yang baik, mulia, bukan hal2 berdasarkan asumsi yang melumpuhkan.
Pas nulis dan membayangkannya saja melelahkan. Apalagi buat tipe pleghmatis melankolis kayak saya. Maunya serba santai, serba ngeflow... Makanya susah disiplin...
Masih bolong2 buat disiplin pikiran, perasaan dan waktu... Tapi sejauh ini saya sanggup karna terasa sekali, Tuhan ga pernah tinggalin. Ga pernah sedikit pun tinggalin.
Bahkan disemangatin terus. Pasti bisa.
Tuhan ingetin setiap keberhasilan yang pernah saya raih. Dan iya, itu saat2 Tuhan beri saya iman yang bulat penuh. Ga ada takut. Ga ada kuatir. Cuma percaya pasti bisa kalau saya melakukan bagian saya yang A, B, C, D... Tuhan pasti kasih. Dan Dia kasih.
Rasa sanggup yang benar2 karena iman percaya. Bukan karena ngerasa bisa, ngegampangin atau kesombongan lainnya.
Sampai hari ini masih jadi emak2 yang kewalahan.. Terutama pas lagi PMS... Tapi dalam kewalahan itu ada ketenangan yang ga bisa saya dapat di tempat lain. Tangan Tuhan yang menjaga dan memelihara.
Beberapa hari ini saya merenung tentang mengambil apa yang kita inginkan dalam hidup.
Jujur, beberapa tahun lalu saya sering terjebak dalam kata "Waktunya Tuhan". Tapi saya lebih sering merasakan mengatakan "Waktunya Tuhan" karena didorong kemalasan untuk berusaha.
Beberapa kali saya gagal dalam beberapa hal-- sebenarnya memang belum waktunya Tuhan, tapi saya pun ambil bagian mengapa waktu itu sampai tertunda. Ya karena saya sering menunda.
Saya menunda menyelesaikan skripsi saya. Saya menunda belajar mendisiplinkan diri. Dan banyak hal-hal kecil yang saya tunda, akhirnya saya rasakan akibatnya hari ini.
Beberapa hari ini saya teringat bagaimana Tuhan proses hidup saya dengan pekerjaan tanganNya.
Di awal saya mengalami perubahan hidup, saya begitu menggebu-gebu menceritakan kasih Tuhan. Saya mengimani dan memegang janji Tuhan bahwa jika 1 orang diselamatkan maka seisi rumah diselamatkan.
Selesai Champion Gathering pembicara sering memberikan instruksi apa yang harus kami lakukan untuk pemulihan keluarga. Apa yang tidak pernah kami lakukan harus mulai kami lakukan. Apa yang buruk yang biasa kami lakukan, mulai hentikan.
Pulang dari Champion Gathering, dengan iman menggebu-gebu ingin melihat keluarga saya dipulihkan dan mengenal Kristus, saya mulai melakukan instruksi mengirim sms minta maaf pada orang tua saya dan menyampaikan rasa sayang saya pada mereka. Grogi dan berdebar-debar luar biasa. Saya tahu orang tua saya merasa aneh. Tapi saat saya menerima balasan dari orang tua saya, mereka menerima permintaan maaf saya dan mengatakan berkat buat saya, saya merasakan sukacita yang besar. Seperti sebuah kemerdekaan.
Pada saat saya pulang ke rumah, saya mulai mengubah kebiasaan lama saya. Dulu saya suka berbetah-betah di dalam kamar. Buat saya pulang ke rumah adalah istirahat dan liburan. Tapi demi menggenapi janji Tuhan dalam hidup saya, saya mengikuti instruksi pembicara di CG. Berhenti melakukan hal buruk dan mulai melakukan kebiasaan baik. Beberapa hal saya lakukan. Diantaranya memberi diri untuk mendengarkan ibu saya, membantu Mama membereskan rumah atau duduk2 dengan orang tua bergabung dalam obrolan mereka di meja makan. Di tengah2 obrolan itu dengan antusias saya menceritakan karya Tuhan dan kesaksian-kesaksian saudara seiman. Hal lain lagi yang untuk saya pribadi cukup nekad dan malu saat melakukannya adalah memeluk orang tua saya dan mencium pipi mereka dengan sungguh2. Buat orang lain mungkin itu hal biasa, tapi buat saya saat itu seperti merobohkan tembok yang saya bangun antara saya dan orang tua saya. Saat itu saya benar-benar merasa dicintai.
Hal lain yang saya lakukan tanpa berpikir, hanya dengan keyakinan, tanpa ragu saya mengambil hari untuk puasa dan saat tidak ada orang di rumah, saya berdoa supaya Tuhan jadi penguasa tunggal keluarga kami. Mungkin seperti adegan film War Room. Tidak ada keraguan sedikit pun dalam hati saya. Saya menginginkan keluarga saya mengenal Kristus, mengalami Kristus, bukan sekedar tahu.
Bukan hanya dengan orang tua saya. Saya juga belajar berbicara dengan baik dengan adik dan kakak saya. Saya ingin mereka meraskan kasih Kristus juga lewat hidup saya. Dulu saya begitu cuek dan tidak peduli kehidupan mereka, tapi Tuhan ubah hati saya dan menggerakkan saya untuk membangun hubungan dan mengikatkan diri dengan mereka di dalam Kristus.
Tidak butuh waktu lama untuk saya melihat Tuhan menggenapi janji-Nya. Beberapa bulan sejak saya pulang dari Champion Gathering, Mama menerima tantangan saya untuk menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat dalam hidupnya, sekalipun dia sendiri sudah menjadi seorang Kristen. Keluarga saya melihat dan merasakan bagaimana Tuhan Yesus mengubah hidup saya. Bahkan Mama jadi sering mengingatkan saya dan meminta saya untuk berdoa tumpang tangan jika dia sakit. Dia tahu Tuhan memberikan hidup yang tidak pernah saya terima sebelumnya karena itu, Mama akan tahu kalau api saya meredup.
Di hari-hari api saya meredup, saya malah melihat adik perempuan saya berapi-api buat Tuhan. Padahal dulu dia tidak mengerti bagaimana mencintai Tuhan sungguh2. Di kampusnya akhirnya dia bisa benar2 mengenal Tuhan secara pribadi. Saya mulai iri pada apinya yang berkobar-kobar, rasa iri itu setidaknya membuat saya mencari cara kembali berapi-api.
Disusul dengan adik bungsu saya dan kakak saya yang kembali aktif pelayanan. Mama Papa semakin aktif pelayanan di gereja dan tidak pernah absen. Mereka juga belajar memberikan perpuluhan dari penghasilan mereka.
Bahkan sampai hari ini saya masih melihat bagaimana Tuhan bekerja di keluarga kami. Keluarga yang dulu terasa dingin buat saya, menjadi tempat mengadu dan menghangatkan diri yang selalu saya rindukan. Masalah masih datang silih berganti, tapi ikatan kami dalam Kristus dan iman kami tidak pernah mati.
Hari ini saya diingatkan lagi akan hal itu. Tuhan punya waktu-Nya sendiri, tapi waktu itu akan terlambat datang jika kita sendiri menunda-nunda bagian kita untuk taat menanam dan menyiram. Saat itu saya hanya punya keyakinan dan iman, keselamatan saya bukan untuk saya sendiri. Kebaikan Tuhan bukan untuk saya sendiri. Saya mau keluarga saya menerimanya juga. Tanpa pikir panjang, tanpa takut malu, tanpa ragu-ragu... Saya mengambil janji Tuhan, saya meminta Dia menggenapi janjiNya. Dalam setiap tindakan saya, ada doa yang menggebu-gebu. Saya tahu Tuhan akan genapi janji-Nya, tidak tahu kapan, tapi pasti. Dan Dia benar-benar menggenapinya.
Saya masih punya mimpi tentang keluarga besar saya, keluarga kecil saya, anak saya, dan iman saya...
Mungkin ketaatan saya belum sempurna, tapi menunda untuk taat dan menyiram pun bukanlah sebuah pilihan. Saat saya meminta janji Tuhan terjadi dalam hidup saya, yang perlu saya lakukan hanya bergiat taat melakulan bagian saya. Tanpa takut, tanpa ragu, bergerak sambil menunggu waktunya Tuhan.
Bertobat lagi untuk hal ini, tidak bersembunyi dalam frase "Waktunya Tuhan" untuk menyembunyikan kemalasan saya dalam menabur. Tapi bergerak dalam iman kepada Tuhan yang tidak pernah ingkar janji
Dua hari lalu salah satu sahabat terbaik saya tahu-tahu inbox saya di FB. Ngucapin selamat ulang tahun yang sangat telat.
Walau pun ga mempermasalahkan saya tetap sangat senang mendapat ucapan dan doa. Yaa... karena memang menantikannya. Tahun kemarin ulang tahun cuma dapet ucapan kurang dari 10 orang. Sedih? Agak. Mana suami juga di hari itu harus bawa papa mertua ke rumahnya sakit dan nginep buat jaga beliau di rumahnya. Mama mertua lagi pulang kampung mengurus adik ipar di Manado yang lagi sakit juga.
Nelangsaaa? Iya... agak. Tapi udah belajar banyak untuk tidak melebih-lebihkan keadaan dalam sebuah drama. Belajar menikmati kesempatan apa yang Tuhan kasih saat itu.
Balik ke teman saya yang inbox saya...
Seperti yang saya ceritakan kemarin-kemarin, Smartphone saya rusak dan hanya bisa menggunakan HP jaman 90an. Cuma bisa telepon dan SMS maksudnya.
Nah, saat sahabat saya menghubungi, tahu-tahu dia bilang mau kasih hadiah hp. Mau hp apa?
Dia bilang dia sudah mau memberikan dari saat hp saya sebelumnya yang dikasih sahabat saya yang lain, rusak...
Oh, Tuhan... entah kenapa saya masih suka mengeluh. Padahal ada orang-orang baik di sisi saya.
Lanjut...
Woww.. dapet kabar itu saya antara ga percaya dan senang. Dia tanya merk apa, saya ga bisa jawab. Saya cuma bisa info saya butuh hp dengan kapasitas 2 RAM.
Hari ini hp ini tiba dan langsung saya pakai...
Apa yang mau saya bilang...
Cuma bisa berdoa Tuhan makin nyata dalam hidup dan kesehariannya. Lebih lagi saya memohon pada Tuhan untuk bisa membalas kebaikannya.
Minggu sebelumnya, ada kebaikan lain yang saya terima..
Kesannya sepele tapi sangat berarti buat saya. Salah satu sahabat saya yang meminjamkan hpnya dulu (sampai akhirnya benar2 rusak), memesan Oriflame pada saya. Tadinya saya pikir tidak mungkin saya bisa mendapat orderan dengan hp jadul ini. Tapi Tuhan bicara lain kan...
Hati saya lebih terasa hangat waktu dia bilang supaya bisa tutup poin. Supaya bisa dapet hadiah pisau warna warni gratis.
*Mewekkk...
Banyak kebaikan Tuhan nyatakan lewat orang-orang terdekat saya yang kadang saya lupakan. Pinggirkan karena terlalu fokus pada masalah-masalah yang seperti tidak mau berhenti.
Saat saya pikir mungkin saya sudah dilupakan, Tuhan hibur saya lewat mereka.
Di akhir tahun kemarin saya mau bilang "God is enough." Tapi ga bisa... hahahaha... Saya membutuhkan seseorang (selain suami dan anak saya) untuk saya memberikan dan juga menerima kasih. God is not enough... Kalau saya mendapat kasih Tuhan, bagaimana saya bisa menyalurkannya? God is not enough.
Tuhan telah mengasihi saya, untuk itu saya ingin orang lain bisa merasakannya.
Seperti itu...
Semoga Tuhan kasih kesempatan untuk membalas kebaikan mereka. Aminnn
Populer
-
Paling seneng deh review produk Oriflame, page view jadi rame hehhehe. Lupakan.. Lupakan...
-
Hi Gorgeous!! Musim hujan sudah mulai menyapa dengan rajin dan lumayan ganas ya. Jangan lupa minum vitamin buat jaga daya tah...
-
Hi Gorgeous!! Udah setahun ga ngisi blog ya. Dari Desember 2018 dan sekarang udah Januari 2019. Hehhehe... Mentang-mentang ...
-
Hi Mami dan Bunda Gorgeous!! Saya lagi berbetah ria di depan komputer membuat bahan belajar Gyan. Puji Tuhan, Gyan juga semangat waktu...
About Me

A long life learner. Sharing is caring. Saya Lasma Manulang, IRT dengan 1 putra. Ini blog pribadi saya yang menceritakan hal-hal yang berharga, menyenangkan dan menarik perhatian. Tentunya dari sudut pandang saya pribadi. Dengan harapan setiap cerita saya dapat membantu teman-teman yang membaca, saya berusaha menjadi seorang yang pembelajar yang tidak akan pernah berhenti belajar.
Pernikahan
Hari Pernikahan Yang Tidak Sempurna
Ok, saya seorang istri sekarang. Oh, No!! Sekarang saya seorang istri!! Thank you, Lord sekarang saya seorang istri :”> Oh ...
