IA BERDAULAT DAN IA PENUH KASIH

Councelling - pixabay

Sebelum membaca keseluruhan tulisan ini, mari kita melakukan sesuatu. Ambil secarik kertas dan alat tulis lalu mulailah menulis  hal-hal yang paling kita inginkan. Benar-benar paling kita inginkan yang mungkin kita doakan siang dan malam atau jika tidak kita mendapatkannya, kita mungkin ingin dunia berakhir saja.

Apakah itu kelulusan dari study kita? Pemulihan keluarga? Kesembuhan orang-orang yang kita cintai? Bebas dari hutang? Apa yang paling kita inginkan, tuliskanlah di kertas tersebut.

Oke, jika sudah menuliskannya, biarkan kertas itu berada di sisimu dan mari kita mulai membahas apa yang akan kita bahas. Saya akan mulai pembahasan ini dari beberapa cerita.

Cerita pertama, tentang saya yang pernah gagal dalam sidang skripsi. Sebuah hal yang memalukan dan menghancurkan hati saya. Sebelum sidang skripsi saya sudah membayangkan apa yang akan saya lakukan setelah sidang skripsi. Pekerjaan yang mapan, orang tua yang bangga pada saya, wisuda bersama teman-teman seangakatan. Tapi semua apa yang saya bayangkan hancur seketika saat dosen penguji saya menyatakan saya tidak lulus. Saya menangis di depan mereka. Saya bertanya-tanya pada Tuhan, apa yang salah?? Saya merasa Tuhan tidak adil. Sampai di akhir semester saya, saya selalu mendapat IPK yang baik. Teman-teman saya menganggap saya pintar, tapi kenapa saya malah tidak lulus? Saya sudah melayani Tuhan sampai kuliah saya terbengkalai. Apa yang salah? Kenapa Tuhan tidak bela saya?? Hancur hati dan sepertinya Tuhan sedang ‘memunggungi’ saya.

Pada kenyataannya, dari kegagalan saya ternyata Tuhan mengajarkan saya untuk melawan rasa takut gagal sekaligus menghancurkan setiap kesombongan saya. Di sidang yang kedua, sekalipun saya punya iman akan lulus, saat itu saya sudah siap untuk gagal yang kedua kali. Tuhan menguatkan dan meneguhkan hati saya untuk memiliki iman dan mengatakan “ Lulus atau tidak lulus, Kau tetap Allahku.” Apa pun keputusan Tuhan hari itu, saya akan tetap mengasihi Tuhan dan akan tetap ikut Dia. Hari itu titik di mana saya benar-benar mengerti apa artinya percaya kepada Tuhan.

Cerita yang lain adalah cerita dari kehidupan salah satu pembimbing rohani saya di Bimbingan Pra Nikah. Beliau orang yang sangat mencintai Tuhan dan sangat ingin memuliakan Tuhan dalam hidupnya. Tentu saja sebagai pelayan Tuhan beliau berharap kehidupan keluarganya baik-baik saja. Tapi kenyataannya, tidak. Beliau harus bergumul dengan kondisi anaknya yang ‘unik’ yang orang katakan ‘bermasalah’ sementara ia sendiri mengatakannya sebagai cerdik. Satu hal yang terngiang-ngiang ditelinga saya saat beliau menguatkan kami anak-anak binaannya untuk terus berharap pada Tuhan. Tidak berhenti berdoa. Tidak berhenti berpengharapan. Tidak berhenti memiliki iman. Iman yang seperti apa? Iman yang di saat baik kita bersyukur, di saat buruk pun kita tetap bersyukur. Kata-katanya begitu menguatkan saya dan di situ saya semakin melihat bahwa beliau benar-benar mengasihi Tuhan dan berpengharapan pada Tuhan sekalipun beliau sendiri ciut dan takut akan masalahnya sendiri.

Dari dua cerita di atas apa yang sebenarnya ingin saya bagikan?? Apakah tentang pengharapan?? Lebih dari itu. Ini tentang sikap hati kita. Sikap hati kita saat berharap pada Tuhan dan meminta segala sesuatu yang kita inginkan.

Mari kita ingat-ingat sebentar, bagaimana selama ini cara kita berdoa dan meminta pada Tuhan? Apakah seperti yang saya lakukan dulu? Dengan penuh kegagahan dan kebanggan kita mengatakan, 

“ Tuhan, aku sudah melakukan ini dan itu untuk-Mu. Kau pasti akan mendengarkan dan mengabulkan doaku, kan??” 

“ Bukankah Tuhan mengatakan akan membukakan pintu jika kita mengetuk dan akan memberi jika kita meminta??” 

“ Bukankah ada hukum tabur tuai? Aku sudah melakukan banyak hal baik sesuai dengan perintah Tuhan, aku melayani di gereja siang dan malam, sudah pasti Dia akan mendengar doaku dan memberikan apa yang aku inginkan.”

“ Tuhan berkata, asal kita meminta dan percaya, kita pasti akan menerima.”

Adakah kita pernah berpikir seperti itu? Sampai akhirnya kita menemukan bahwa kita tidak menerima apa pun atau malah lebih buruk dari apa yang kita bayangkan. 

Keluarga kita semakin hancur, study kita tidak mengalami kemajuan, pekerjaan kita tidak menghasilkan hal yang berarti, pelayanan kita tidak membawa dampak dan perubahan. Padahal kita sudah berusaha melakukan bagian kita, kita sudah berdoa hingga berderai air mata, tapi kenapa malah yang kita terima malah lebih buruk. Apa memang orang Kristen harus selalu hidup susah?? Apakah Tuhan ingkar janji??

Bukankah hal yang mengecewakan jika akhirnya kita memilih ikut Kristus, tapi malahan hidup kita semakin sulit? Apa yang kita inginkan, yang katanya terjadi sesuai dengan imanmu, malahan terjadi sebaliknya, bukankah sangat mengecewakan?? Kenapa Tuhan tidak dipihak kita??

Pengharapan kita, iman kita rasanya jadi seperti angin yang berlalu begitu saja. Sia-sia. Doa-doa kita seperti menjadi bunyi yang kita teriakan lalu menghilang di telan udara dan kita mulai bertanya-tanya, apakah Tuhan mengasihi saya? Apakah Tuhan mendengarkan doa saya? Mengapa begitu sulit untuk Tuhan melakukan apa yang saya harapkan? Doa saya tidak muluk-muluk. Doa saya bukan untuk saya sendiri, tapi untuk keluarga saya, untuk pelayanan, untuk pekerjaan yang semuanya akan mendatangkan kemuliaan Tuhan, tapi kenapa Tuhan tidak berpikir sama dengan saya??

Dari pengalaman kegagalan skripsi saya, saya mengerti jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas. Kehidupan orang Kristen bukan hanya tentang doa yang terus menerus hingga berderai air mata. Bukan sekedar doa dan pengharapan yang akan kemuliaan Tuhan dinyatakan. Tapi tentang hati kita kepada Tuhan. Tentang bagaimana kita menempatkan Tuhan di hati kita dan bagaimana kita memandang Dia sebagai bagian dari hidup kita.

Ada dua poin yang Tuhan ajarkan

Mengakui Kedaulatan Tuhan Dalam Hidup Kita
Ya, Dia mengangkat kita sebagai anak-Nya. Ya, Dia telah membebaskan kita dari budak dosa. Ya, kita sekarang adalah orang merdeka. Tapi kita perlu terus mengingat bahwa kedaulatan Tuhan atas hidup kita masih berlaku. Ia bisa memutar hidup kita ke kanan atau ke kiri seperti yang Ia mau. Ia bisa membuat kepala kita di kaki atau kaki di kepala tanpa perlu Ia meminta ijin dari kita. Dia Tuhan, Dia Raja. Dia bisa melakukan apa pun yang Ia mau. Dapatkan pemikiran kita membatasi apa yang akan Ia lakukan?? Dan jika kita mengatakan Yesus adalah Tuhan dan Raja dalam hidup kita, siapakah yang memerintah kehidupan kita? Kita sendiri? Pikiran kita sendiri? Keinginan kita sendiri? Idealisme kita sendiri? Standar-standar kita sendiri?? 


Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: "Mengapakah engkau membentuk aku demikian?" Roma 9:20

Jadi Ia menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Ia menegarkan hati siapa yang dikehendaki-Nya. Roma 16:18

Jangan pernah berhenti untuk mengingat bahwa kita adalah hamba, kita adalah debu yang tidak berarti apa-apa, tapi dengan perkenanan dan kasih karunia Tuhan, Ia mengangkat kita dan menjadikan kita mulia dan sempurna dimata-Nya. Bukan karena apa yang kita lakukan, tapi karena apa yang telah Ia lakukan. Pikiran dan standar hidup kita tidak akan mampu membatasi kuasa-Nya.

Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana. Amsal 19:21


Percaya Akan Hati Tuhan

Kita mengakui kedaulatan Tuhan atas hidup kita, kita mengakui kuasa-Nya dapat melakukan apa pun dalam hidup kita, tapi jika kita percaya hal itu saja, kita akan cenderung menjadi takut. Kita segan untuk meminta. Bagaimana kalau Tuhan tidak setuju? Bagaimana kalau Tuhan tidak mengabulkan doa kita karena Dia bisa menjawab Ya atau Tidak sekehendak hatinya. 

Jangan. Jangan berhenti hanya sampai mempercayai kedaulatan-Nya, tapi percayalah juga kepada hati-Nya. 


Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. Yeremia 29:11

Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya." Matius 7: 9-11

Sebab Allah tidak menyesali kasih karunia dan panggilan-Nya. Roma 11:29

Bapa bekerja tidak berhenti hanya untuk menunjukkan kedaulatan-Nya, tetapi juga kasih dan karunia-Nya. Jika kita menilik setiap janji yang Tuhan nyatakan dalam Firman-Nya, kita akan menemukan bagaimana hati Tuhan. Apa yang ada di kedalaman hati-Nya dan bagaimana Ia memandang kita. Di dalam Firman-Nya kita akan melihat hati Tuhan yang mengasihi kita lebih dari yang kita pikirkan. Jadi, apakah firman Tuhan berisi kebencian-kebencian Tuhan akan manusia? Bukankah firman Tuhan pernuh dengan pengampunan, penyertaan, kasih karunia dan belas kasihan Tuhan akan manusia. Lalu apakah pribadi yang mengasihi kita begitu dalam akan merancangkan hal-hal yang buruk bagi kita?? Tidak bukan??

Dua hal ini, mengakui kedaulatan Tuhan dalam hidup kita membuat Tuhan bekerja dan berkarya dengan bebas dalam hidup kita. Mempercayai hati Tuhan membuat hati kita aman dan damai dalam firman-Nya karena kita tahu bahwa Bapa akan selalu memberi hal yang baik, bukan hal buruk sekalipun apa yang Dia berikan tidak sesuai dengan apa yang kita pikirkan. 

Yang terakhir, mari kita lihat apa yang telah kita tulis di atas kertas tadi. Bawalah setiap keinginan hati kita itu di bawah kaki salib Tuhan dengan doa yang pernah Tuhan Yesus ucapkan di saat-saat terberat-Nya.  Ia percaya sepenuhnya kepada Bapa dengan tidak takut-takut meminta, tetapi Ia juga dengan sepenuh hati menundukkan diri di bawah kedaulatan Bapa atas hidup-Nya. Biar kehendak Bapa yang terjadi.

Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi. 
Lukas 22:42

Ditulis untuk Majalah Pearl 2013











0 Comments