Grace menarik nafas dalam-dalam dan menekan perutnya hingga menciut. Ia memandang ke cermin dan tersenyum puas melihat perutnya yang lebih kecil dari sebelumnya.
Beberapa lama kemudian ia menghembuskan nafasnya dengan keras karena ia sudah tidak tahan. Perutnya kembali membuncit dan menunjukkan tumpukan lemak yang sangat mengganggu pandangan matanya.
” Kapan ya aku bisa kurus?” tanyanya pada diri sendiri. Ia berbalik dan memandang poster Britney Spears yang menunjukkan perut kotaknya yang seksi. Dalam hatinya ia berharap bisa secantik bintang pujaannya itu.
****
” Grace, lo ngga makan?” tanya Sita, teman dekatnya sejak ia masih bau kencur.
” Ngga, Ta. Gua males makan.”
Sita membelalakan matanya mendengar kata-kata Grace. Ia mendekatkan kupingnya ke arah Grace dan bertanya lagi.
” Apa gua ngga salah denger? Coba lo ngomong lagi!”
“ Gua males makan! Lo jangan godain gua kayak gitu donk, Ta!”
“ Gila lo! Kesambet apaan sih? Gua kira gua bakal denger lo ngomong kayak gitu kalo dunia kiamat doank. Atau jangan-jangan dunia emang udah mau kiamat?!”
“ Sita!!! Lo bisa diem ngga sih!!”
” Habisnya tumben-tumbenan lo kagak makan. Padahal lo ’ kan emang paling ngga bisa nahan nafsu lo buat makan.”
” Emang ngga boleh kalo gua mau males makan?”
” Bukannya gitu juga. Atau.. jangan-jangan...Lo lagi jatuh cinta yaaa?!!!!”
” Kagak!! Lo jangan asbun gitu dehhh!! Gua cuma males makan doang kok!! Udah lo makan aja jangan banyak omong!!”
” Huh, ya udah kalo ngga mau cerita. Kagak mau makan ’kan? Jangan minta ya? Enak loh baksonya.”
Sita mulai menyantap baksonya dengan santai dan nikmat. Ia sengaja memanas-memanasi Grace dengan bakso tapi temannya itu tidak bereaksi sama sekali. Ia malah memandang kosong ke depan, wajahnya tampak pucat dan lelah. Sita mulai mengkhawatirkan Grace tapi ia tidak berani bertanya lebih lagi. Ia takut Grace marah.
***
Jarum di timbangan itu tidak bergeser sedikit pun. Berat badan Grace masih tetap seperti sebelumnya.
Grace menarik nafas dalam karena kecewa. Ia berharap diet ketatnya seharian ini bisa mengurangi beratnya walau hanya setengah kilo. Tapi upayanya sia-sia.
Kriukkk..
Perut Grace mulai berbunyi. Sejak kemarin malam ia tidak makan dan hanya minum air putih. Rasanya perutnya perih sekali dan seperti akan bolong.
Grace mulai membayangkan coklat kesukaannya, brownies buatan Mama, bakso yang tadi dimakan Sita di kantin. Rasanya pasti enak sekali.
” Ngga! Ngga! Gua harus kuat!! Gua harus kuat!!” dengan keras Grace memotivasi dirinya sendiri.
Ia memandang ke arah poster Britney Spears lagi dan membayangkan sosok dirinya jika memiliki tubuh seksi seperti Britney.
” Gua ngga boleh nyerah.”
***
” Grace, kamu ngga makan?” tanya Mama sambil melongok di pintu.
Sudah hari ketiga sejak Grace memulai program dietnya yang gila-gilaan. Mama dan Sita sudah melihat keanehan pada Grace tapi Grace selalu menghindar atau mengatakan kalau ia sudah kenyang jika disuruh makan. Mama atau Sita akhirnya cuma bisa menarik nafas karena Grace tidak akan pernah mencabut kata-katanya.
Seperti malam ini, Mama datang ke kamarnya dan menyuruhnya makan tapi ia kembali menjawab sudah kenyang. Lagi-lagi Mama tidak bisa ngomong apa-apa . Beliau pikir anak gadisnya itu sudah makan banyak di luar jadi beliau tenang-tenang saja.
Setelah Mama menghilang di balik pintu, Grace segera menutup pintu dan menguncinya. Ia mengambil tas ranselnya dan mengambil kantong plastik berwarna putih dari dalam tasnya itu.
Grace tersenyum yakin saat mengeluarkan sebotol obat diet dari kantong tersebut. Ia tidak langsung meminum 3 pil sekaligus tanpa membaca aturan pemakaian obat tersebut.
” Pasti beberapa hari lagi gua bisa kurus. Yess!!”
Dengan penuh semangat Grace menghampiri cermin dan melihat perutnya yang mulai mengecil. Pipinya yang tembem juga mulai menjadi tirus.
Ada rasa puas di dalam hati Grace melihat kondisinya sekarang. Tapi ia tidak menyadari warna wajahnya yang semakin hari semakin pucat dan lingkar hitam dibawah matanya.
Usaha Grace untuk menguruskan badan mulai tidak terkendali.
***
Sita memandang Grace yang pucat dan lesu dengan perasaan yang sangat sedih. Teman baiknya itu seperti mayat hidup. Pucat dan dingin.
” Grace, ada apa sih dengan lo? Kenapa bisa sampe ngga makan seminggu?”
” Ng....gua cuma males makan kok.”
” Udah deh! Lo ngga usah boong lagi! Trus obat diet yang ada di kamar lo itu buat apa?!”
Grace tidak menjawab kata-kata Sita, ia hanya menggigit bibirnya dan mulai menangis. Tangisnya semakin lama semakin keras dan mulai sesenggukkan.
” Gua udah cape, Ta. Gua capek diejekin gendut sama Nadia dan temen-temennya.”
“ Bukannya lo ngga peduli sama omongan mereka selama ini?! Kenapa lo tiba-tiba..”
“ Gua ngga mungkin ngga peduli omongan mereka begitu aja, Ta! Gua juga cewe yang pengen cantik kayak mereka….lo ngga ngerti perasaan gua karena lo emang udah cantik…”
Sesaat kamar yang berbau obat itu menjadi hening. Yang terdengar hanya suara isakkan tangis Grace, langkah-langkah kaki di luar ruangan, dan suara sirine ambulans yang terdengar sayup-sayup.
Grace tiba-tiba pingsan di jam pelajaran olahraga. Semua orang langsung panik melihat Grace yang biasanya penuh energy tiba-tiba ambruk seperti pohon yang tumbang. Dia pingsan cukup lama dan akhirnya guru-guru memutuskan untuk membawa Grace ke rumah sakit.
Sebenarnya Sita suah tahu apa yang terjadi pada Grace. Ia melihat botol obat diet yang terselip dibalik bantal Grace waktu ia main ke rumah sahabatnya itu. Sita tidak bertanya pada Grace karena ia pikir, Grace tidak akan bertahan lama dengan dietnya. Seperti sebelum-sebelumnya. Tapi ternyata...Ia benar-benar menyesal tidak memperingatkan sahabatnya lebih awal...
Sekarang, Grace menangis dihadapannya. Hancur hati karena berusaha membangun harga diri dengan cara yang salah. Kasihan Grace...
” Grace..” panggil Sita dengan nada kasihan tetapi juga kesal. Ia tidak menyangka kalau Grace akan berpikir dangkal tentang dirinya sendiri. Padahal dia orang yang paling luar biasa yang pernah Sita kenal.
” Grace...Lo emang gendut dan suka makan, trus apa masalahnya? Bagi gua lo tetep temen gua yang terbaik. Mungkin Nadia dan temen-temennya cantik, tajir dan pinter....tapi mereka ngga punya apa yang lo punya...”
Mendengar kata-kata Sita, Grace mulai tenang. Ia ingin mendengarkan kata-kata sahabatnya itu dengan jelas.
” Sejak pertama ketemu lo, gua tahu lo orang yang baik dan tulus. Selama ini gua ngga pernah punya temen lain yang kayak lo Grace. Yang paling gua inget tentang lo, sekalipun lo doyan makan....kelaperan...lo masih mauu ngebagi coklat kesayangan lo sama anak kecil yang minta sama lo....Lo adalah panutan gua, gua selalu berharap bisa kayak elo. Buat gua yang penting bukan bentuk tubuh lo tapi hati dan kehidupan lo. Please, Grace. Gua ngga mau lo nyiksa diri lo sendiri. Gua ngga mau lo mati….huk..huk..”
Sekarang Sita yang menangis terisak-isak. Ia kesal pada Grace karena bertindak bodoh. Ia kesal pada Nadia dan teman-temannya yang selalu merendahkan orang lain. Ia kesal pada dirinya sendiri karena tidak menjaga Grace. Semua rasa kesalnya tertumpuk dan memecahkan bendungan air matanya.
Senyum mulai terukir di wajah Grace melihat sahabatnya yang menangis tersedu-sedu karena dirinya.
“ Gua ‘kan ngga mau mati juga, Ta.”
” Bohong banget sih! Ngga makan seminggu lo pikir itu apaan?! Itu ’kan sama aja dengan bunuh diri.”
” Maafin gua deh, Ta. Gua tahu gua salah.”
“ Liat gua panik dan ketakutan lo baru mau sadar….Awas lo ya kalo nyoba-nyoba nekat kayak gini lagi.!”
“ Yah, gimana dong, Ta. Gua ‘kan pengen keliatan kurus en cantik…”
” Trus buat apa lo punya temen kayak gua?! Cuma buat seneng-seneng doang?! Ngomong dong Grace kalo elo mau cantik. Gua ’kan bisa bantuin elo buat nyari cara ngurusin badan yang lebih sehat.”
” Iya, tadinya gua juga pengen begitu...tapi gua malu sama elo, Ta.”
” Alaahhh...biasanya juga ngga punya urat malu sekarang malah bilang malu sama gua. Kayak baru kenal sama gua aja.”
” Hehehehhehehe...iya deh, Ta. Lo boleh marah sama gua sampe berbusa. Tapi maafin gua ya?”
” Bakso seminggu!”
” Yah elaaaaahhh, Ta! Tekor dong gua!”
“ Lo kagak usah jajan. Gua bawain bekal yang bagus buat ngurusin badan tapi bergizi. Lo mau langsing ‘kan? Jadi, lo ngga boleh makan daging kebanyakan.”
” Huaaaa...Sitaaa!!!! Jangan gitu dong!!!”
” Hukuman...udah jadi perjanjian ’kan? Kalo yang bikin salah harus ngorbanin apa yang paling disukain.”
” Ah, Sita...apa boleh buat deh....hik..hik...hik...”
” Suruh siapa mau kurus!!”
Grace tersenyum lepas melihat Sita yang masih terus menangis. Ia bersyukur memiliki sahabat yang menjadikan dirinya bisa tampil apa adanya. Sita adalah sahabat terbaik yang pernah Grace miliki dan setiap bantuannya pasti tidak akan Grace sia-siakan.
HIDUP DIEEETT!!!
***
2 Comments
Love it! Remaja bangeeet~ udah lama ga baca karya2 macam gini *maklum bukan umurnya lagi LOL* nostalgiaa~ heheheh~
BalasHapusAhahha... Yang penting tetap berjiwa muda. Akkakaka
BalasHapus