Kesehatan emosional ibu mempengaruhi kesehatan emosional anak akhi-akhir ini sedang saya benar rasakan. Dimana kondisi saya sering menglami konflik batin dan mulai membaik di bulan ini. Saya belajar menerima diri saya sendiri apa adanya sebagaimana Tuhan menciptakan saya. Belajar menerima emosi-emosi yang timbul baik emosi negatif atau pun positif. Belajar menerima kalau saya memang baperan, sensitif, cenderung bersikap pesimis. Saya tidak berusaha merubah diri saya sendiri dengan cara pikir saya. Saya menerimanya dan membiarkan Tuhan meluruskannya. Berfokus melekat pada pencipta saya daripada sibuk menyempurnakan diri terutama tentang keimanan dan intelektualitas.
Baru seminggu saya mengalaminya dan saya mulai melihat bagaimana perubahan hati saya merubah sikap saya dalam menghadapi Gi. Sikap saya pada Gi mengubah perilaku Gi juga. Saat saya menerima diri saya apa adanya, saya bisa lebih mengasihi Gi dengan kelemh lembutan.
Baru seminggu saya mengalaminya dan saya mulai melihat bagaimana perubahan hati saya merubah sikap saya dalam menghadapi Gi. Sikap saya pada Gi mengubah perilaku Gi juga. Saat saya menerima diri saya apa adanya, saya bisa lebih mengasihi Gi dengan kelemh lembutan.
Saya belajar untuk membiarkan Gi melakukan yang dia mau dan saya menyampaikan batasannya. Saya belajar mendengarkan keinginan dan kebutuhannya dengan seksama. Gi lebih bisa diajak bekerja sama dan lebih penurut.
Sebagai orang tua memang agak sulit memahami anak. Apalagi kalau anak belum lancar bicara. Belum lagi kondisi diri yang lelah, marah-marah seperti jadi alternatif paling mudah untuk dilakukan.
Padahal ternyata memahami anak cukup dengan empati. Semua orang pernah jadi anak-anak, maka semua orang tua pasti juga tahu apa yang anak harapkan dari diri orang tua. Tinggal orang tua bersedia mendengar atau tidak.
Semoga saja saya makin bisa terlatih untuk mendengarkan hati Gi. Mendengarkan dan berespon dengan benar, bukan mengabaikan seperti yang secara tidak sadar sering saya lakukan.
Terlebih sebelum itu tentunya saya juga harus belajar mendengarkan kebutuhan saya sendiri. Terutama kebutuhan saya dalam menerima diri sendiri.
Biar Tuhan yang mampukan.
2 Comments
Semangat Mbak, Tuhan pasti selalu membimbing kita anak-anak-Nya dan beri kesabaran lebih :) Say hi to Gi :D
BalasHapusMakasih mba
Hapus