Janji Nikah Langsung Diuji Ckckckc...

So,besok dua minggu saya sudah menjadi istri dan Aki jadi suami.. Hueehhehe.. Tenang saudara-saudara.. Saya tidak akan menghitung per minggu, bulan, atau tahun. Cuma mau share sedikit kehidupan pasutri baru ini.

Senin, 9 September – Selasa, 11 September 2013 saya dan Aki jalan-jalan ke Bali. Dengan modis (modal diskon) dari DisDus, kami bisa menginap di Inn Sandat Legian. Penginapannya tidak terlalu mewah, tapi Puji Tuhan yang tadinya kita pesan standard room dinaikan menjadi delux room oleh pihak penginapan (soal ini saya punya cerita lucunya.. nanti yaaa..).

Namun.. (halaahhh namuuunn..).. saya bukan mau membicarakan perjalanan kami ke Bali, tapi apa yang saya bawa pulang dari Bali.

Bukannn!! Bukannn test pack dengan 2 garis.. Hhaha.. Sudah tes tapi cuma 1 garis. Lagian baru dua minggu nikah, Cuyy. Oleh-olehnya pinggang yang super suakiiittt dan luar biasa tak tertahankan.

Sakit pinggang ini saya rasakan dari hari kedua saat di Bali. Waktu itu saya dan Aki menyempatkan diri minum kopi luwak Bali dengan hanya membayar 50 ribu sajaaahhh. Dari situ kami ke Monkey forest dan akhirnya belanja oleh-oleh di Krisna. Kami sampai di hotel sekitar pukul 7 malam dan di situ saya mulai merasakan ada sakit di pinggang belakang saya tidak biasa. Bukan pegal biasa. Saya dan Aki beristirahat sebentar. Saat rasa sakit mulai reda, kami memutuskan jalan lagi untuk mencari makan malam dan kami ingin sekali makan masakan Jepang.

Ketemu sih satu, dekat hotel, tapi tidak ada yang kuah-kuah. Semuanya masakan yang dipanggang atau digoreng. Akhirnya Aki cari di GPS dan ketemu beberapa restauran. Kami pilih yang paling terdekat. Selama mencari itu, saya masih bisa menahan sakit. Bahkan saya masih sempat pergi ke ATM lagi setelah menemukan restoran.

Pulang dari makan malam rasa sakit itu semakin menjadi. Rasanya seperti dipukul palu di kanan kiri pinggang. Aki sampai bingung dan hanya bisa mengusap dan sedikit memijat bagian belakang pinggang saya. Puji Tuhan agak berkurang.

Keesokannya, pinggang saya masih sakit, tapi tidak separah malam sebelumnya. Kami juga masih sempat jalan kaki ke Kuta, bolak balik. Waktu pulang, di airport pun masih tidak terlalu merasakan rasa sakitnya. Hanya merasa tidak nyaman. Begitu pula saat sampai di Jakarta dan tiba di rumah Mama mertua.

Pulang di kosan, memang lelah, tapi hanya merasa tidak nyaman. Sampai keesokan paginya. Saat saya pikir saya sudah baikan, saya pergi mandi dan siap-siap berangkat kerja. Tapi ternyata sakitnya lebih sakit dari pada pertama kali rasa sakit itu datang. Kalau saya berdiri, bagian belakang pinggang kanan-kiri terasa seperti dipukul-pukul benda tumpul. Akhirnya saya putuskan untuk tidak jadi berangkat kerja. Aki juga tidak jadi kerja karena mau mengantar saya berobat.

Kami putuskan kembali istirahat sampai jam 9 dan jam 10 berangkat ke klinik Tomang. Puji Tuhan kliniknya sepi jadi saya tidak perlu menunggu lama karena pinggang saya sendiri sudah sakit sekali. Saat pemeriksaan dokter mulai cek ini itu dan dia hanya mengambil kesimpulan kemungkinan tulang punggung saya mengalami pembengkokan alias scoliosis. Aihhh!! Antara shock dan ga percaya. Aki, yang saya tahu mikir tapi muka tetap cool, tanya ini itu. Pantangannya cuma ga boleh kerja pakai high heels. Dokter juga menyarankan kami untuk melakukan rontegen tulang belakang untuk memastikan bahwa dugaan itu memang pasti benar atau salah.

Saya dan Aki memutuskan untuk rontegen di Klinik Tomang juga, hanya saja karena bagian rontegen hanya ada pada malam hari, kami akhirnya menunggu di kosan. Sambil menunggu Aki mulai menyusun 2 lemari kecil yang kami beli di Carefour seminggu yang lalu. Aki yang baru sekali ngutak ngatik barang sejenisnya keliatan semangat sekali, teliti, dan berhati-hati (kalau saya yang mengerjakan pasti manual booknya saya singkirkan, saya pakai kalau sudah bingung mau diapakan. Akakkakak)…

Waktu lihat Aki serius mengerjakan bikin lemari, pengen bantuin banget. Sesekali memang saya memegang papan yang terlihat goyang, tapi ya itu.. setiap saya bangkit duduk rasa sakit itu berdenyut lagi. Bahkan sampai Aki menyelesaikan lemari pertama, saya sampai menahan tangis saat Aki tanya sakit atau tidak. (Kalau sakit, saya orang yang jarang menangis dan yang kemarin itu memang sakitnya luar biasa). Aki suruh saya berbaring saja dan ia kembali menngerjakan lemari kedua, tapi rasa sakit di pinggang saya tidak mau hilang. Saya juga gerah karena melihat Aki kerja sendiri dan saya hanya duduk-duduk saja. Sempat mengatai diri sendiri dalam hati, istri macam apa saya ini??

Tapi, berkali-kali Tuhan ingatkan..” Hati yang gembira adalah obat.” … Saya bisa menolong Aki dengan tidak mengeluhkan sakit saya terus menerus dan tetap tertawa. Lagipula, semakin saya rasa-rasa sakit itu, saya akan semakin merasa lemah dan tidak berdaya. Akhirnya saya putuskan untuk tetap ngobrol dan bantu-bantu Aki sedikit. Walau beberapa kali ada saatnya sakitnya luar biasaaa sampai saya tidak bisa tersenyum sama sekali. Ada kalanya juga tidak bisa menahan mengeluarkan suara geraman karena menahan sakit.

Rasanya ga nyaman dan ga enak, tapi saya tidak mau kalah dengan sakit saya. Saya tahu saya akan baik-baik saja. Iman saya mengatakan begitu, tapi memang ada proses yang harus saya dan Aki lalui. Kami hanya bisa percaya.

Akhirnya Aki menyelesaikan lemari kedua dan berkali-kali saya katakan kalau Aki bohong tidak pernah menyusun lemari. Saya mengatainya ‘merendah diatas gunung’ … akakkaka.. adopsi dari kata-kata pemimpin area kami dulu. Selesai menyusun lemari Aki membereskan baju-baju yang masih di atas koper dan menyusun kembali perlengkapan kami. Sesekali saya membantunya dengan muka menahan sakit. Setelah semuanya beres, saya berbaring dan aki ikut berbaring di sebelah. Kami membuka coklat Cadbury dan menyuapi Aki. Saya dapat setengah, dia dapat setengah (coklat jaman pacaran *halaahh). Anehnya selama makan coklat dan ngobrol rasa sakit itu pelan-pelan hilang.

Ok!! Mungkinkah rasa sakit itu karena laparrrr?? Karena waktu di Bali saya memang kelaparan sekali saat rasa sakit itu muncull. Huiksss..

Sampai sekarang saya belum rontgen tulang belakang karena ternyata Klinik Tomang kurang canggih untuk memberikan informasi apakah hasilnya benar-benar menunjukkan scolosis atau bukan. Puji Tuhan, rasa sakit itu juga sudah tidak timbul walau saya masih merasakan kejanggalan di pinggang saya. Dalam hati ini sih masih ada ketakutan. Nanti gimana kalau hamil?? Apa saya bisa kerja maksimal mengurus keluarga dengan kondisi begini?? Banyak sekali pikiran yang bikin saya bertanya-tanya. Tapi, sama seperti dulu-dulu.. Hati kecil cuma bisa percaya kalau Tuhan akan kasih hikmat dan kekuatan untuk melewati situasi seperti apa pun. Asalkan kami percaya.

Pray for us ya friendddsss… >.< (please jaga kesehatan untuk orang-orang yang kalian kasihi >.< :D )

Ah, Aki.. baru dua minggu janji yang kita ucapin di di depan Allah, keluarga, dan jemaat langsung diuji.. ckckckkc…

6 Comments