Hari ini hari pertama bocah pulang sekolah naik angkutan umum sendirian. Hal yang sebenarnya ga perlu dibanggakan dibandingkan saya jaman gw SD. Dari jaman saya TK, saya sudah pulang pergi sekolah sendirian. Sampai kuliah apa-apa serba mandiri.
Anehnya, saat punya anak, hati saya lebih sering cemas dan punya banyak ketakutan. Mungkin kebanyakan baca berita-berita yang serem. Gimana pun apa yang kita baca, dengar, lihat pasti mempengaruhi cara berpikir kita kan.
Pikiran ini punya keyakinan untuk tetap harus tahu dan memahami bagaimana dunia bekerja. Mau ga mau, saya tetap membaca berita-berita yang memang ga enak didengar. Resikonya, saya harus belajar lagi menguasai rasa takut dan kuatir. Mungkin hal ini menjadi sebuah hal baik karena saya jadi belajar benar-benar menyerahkan bocah kepada Tuhan sepenuhnya. Kabar-kabar buruk menyadarkan saya bahwa betapa saya sangat terbatas sebagai seorang ibu. Saya tidak bisa menjaga anak saya 24 jam. Dia harus menjalani kehidupannya sendiri tanpa orang tuanya. Dia tidak akan bisa bertumbuh jika saya terus mengikuti ketakutan-ketakutan saya dan memberi makan kekuatiran saya.
Jadi, hari ini bocah berhasil pulang tanpa perlu saya jemput. Saya membuka pintu dengan penuh antusias dan berseru " You made it!!" senyum bangga yang malu-malu tersulam di bibirnya. Dia yang berhasil saya yang bangga.
Masalahnya, sepanjang jam pulang sekolahnya, saya menunggu di meja kerja dengan gelisah. Mau Menggambar pun tidak konsen. Berkali-kali saya memikirkan ulang apakah keputusan saya mempercayakannya pulang sendiri adalah keputusan yang tepat atau tidak. Adegan-adegan yang mengerikan sesekali berkelebat di kepala saya dan berkali-kali juga saya mengusirnya dalam Nama Yesus.
Saat saya mendengar suara ketukan di pintu, rasa tegang di pundak ini langsung meregang. Bergegas saya membuka pintu dan menyambutnya dengan antusias.
Bocah berhasil naik tingkat lagi dalam kemandiriannya dan saya naik tingkat lagi dalam menyerahkan dia kepada Tuhan dan melawan ketakutan saya sendiri.
Kekuatiran ini berkali-kali saya alami setiap kali saya melepaskan dia untuk belajar lebih mandiri. Hari pertamanya ke warung sendirian, hari pertamanya menginap sendirian, hari pertamanya, berangkat sekolah sendirian...Jadi orang tua butuh keberanian untuk melihat anak bertumbuh dan menjadi lebih matang.
Hanya Tuhan yang bisa saya andalkan untuk menjaganya seumur hidupnya.
0 Comments