Review: Nakii Pesan Dari Lembah Sunyi

Nakii

Pesan Dari Lembah Sunyi

Ingin pesan silakan klik gambar :D

Kategori : Fiksi

ISBN : 978-979-29-1129-9

Penulis : Marryetha Sibuea

Format⁄Jml. Hlm : 14x21 ⁄ x+356 halaman

Edisi⁄Cetakan : I

Tahun Terbit : 2009

Berat Buku : 403 gram

Harga : Rp 44.400,- Disc. 20%

Harga Disc. : Rp 35.520,-



Saya membeli buku ini setalah baca bagian belakang buku The Shack. Di sana tertulis Penerbit Andi dan ada alamat webnya bukurohani.com. Setelah baca buku itu langsung deh hunting novel rohani lain dan menemukan buku ini. Tadinya saya pikir buku ini dikarang oleh orang bule tapi ternyata yang mengarang orang Indonesia dan ga jauh-jauh, anak Binus (seumuran pula). Rasanya senang sekali ternyata di Indonesia sebenarnya ada pengarang buku fiksi rohani (mungkin saya yang kurang gaul).

Walau pun ada hal-hal di bagian di novel ini yang menurut aku kurang pas dari segi psikologi.. (halaaahh), toh Marryetha tetap bisa bikin saya terhanyut dalam ceritanya. Bahasanya sederhana dan ga ngejelimet. Saya menangis berulang-ulang ikut merasakan apa yang di alami Nakii dalam cerita. Bahkan berpikir, kalau saya jadi dia, saya akan bertindak apa.

Jadi begini ceritanya…

Buku ini menceritakan tentang Nakii anak misionaris yang sudah 10 tahun tinggal bersama-sama Suku Tabako, salah satu suku di Asia Tenggara (yang tidak dijelaskan dimana). Saat ia dan temannya pulang dari bermain di telaga, mereka di serang dan dikejar serigala liar. Di tengah-tengah kekacauan itu Nakii menemukan sesosok mayat yang tergeletak di tengah hutan. Sejak penemuan itu keadaan suku Tabako berubah.

Tiba-tiba saja ada suku lain yang mirip dengan suku Tabako menyerang dengan brutal dan kejam. Perkampungan mereka dibakar, orang-orang kampung dibantai tanpa ampun. Nakii yang mengasihi Tuhan harus bergumul dengan imannya sendiri. Saat orang-orang yang dikasihinya harus mati dihadapannya, ia harus membuat pilihan termakan sakit hati dan dendam atau mengampuni dan melepaskan.

Lalu sebenarnya apa yang memicu perang antar suku ini? Apakah peperangan ini akan berakhir seperti yang setiap anak-anak muda suku itu harapkan?? Baca saja bukunya. Menegangkan dan mengharukan.. Saya saja hanya baca dalam 2 hari. Bikin penasaran :D.



Hikmat

Tidak seperti The Shack yang membanjiri saya dengan hikmat seperti hujan deras, Nakii memberi pesan yang lembut, pelan, tapi dalam. Satu kalimat yang menyentak saya saat membaca buku ini, saat Nakii berkata “ Kasih itu rela berkorban sekali pun akhirnya kita dilupakan.” – kira-kira begitu bunyinya, tapi saya lupa pastinya :D.

Saya rasa saya tidak perlu menjelaskan panjang lebar arti dari kalimat itu. :D

Aplikasi

Aplikasi apa ya?? Saya sendiri masih harus banyak belajar. Saya ingat di masa-masa saya lelah bayar harga untuk orang-orang yang saya kasihi dan mereka (sepertinya) tidak berubah. Saya berharap mereka bisa maksimal di dalam Tuhan. Berharap mereka bergantung penuh pada Tuhan dan menjadi perpanjangan kasih Tuhan untuk orang-orang yang tidak bisa mengenal Tuhan lebih baik dari mereka (yang belum dibukakan kebenaran). Rasanya lelah dan letih. Tuhan beberapa kali mengingatkan saya bawha kasih mengharapkan yang MENGHARAPKAN yang terbaik bukan MENUNTUT yang terbaik dan buku ini. Dari sekian banyaknya halaman, kalimat pendek itu saja yang benar-benar membuat saya terbuka lebar (criiiingggg!!) … Kasih memang rela berkorban bahkan sekalipun kita dilupakan. Kita berkorban hanya karena menginginkan yang terbaik untuk orang itu. Kalau pun orang itu lupa atau ga mengangggap kita, kita tidak akan marah. Kita tetap akan bersukacita akan kesuksesan orang itu.

Yaahh, saya terkadang merasa memberi lebih. Bayar harga lebih.. tapi hati saya masih menuntut. Tidak melakukannya dengan belas kasihan dan sukacita. Kadang ngedumel dan penuh amarah. Tidak mudah memang, tapi tidak akan sulit :D. Kalau kita mengingat kasih Tuhan pada kita, tidak akan jadi sulit. Pengampunan yang Tuhan kasih itu udah lebih dari cukup. Mungkin sakit karena tidak dihargai atau tidak dianggap, tapi pekerjaan baik yang kita kerjakan di dalam Tuhan itu sudah lebih dari cukup. Penghargaan dari manusia adalah bonus, tapi hadiah utama, GRAND PRIZE-nya adalah saat kita bisa rela berkorban karena sebenarnya di situ Tuhan sedang memakai kita. AMINNNN!!

 


0 Comments