Pertimbangkan Hal-Hal Ini Sebelum Mengajarkan Bahasa Asing di 5 Tahun Pertama Anak


Pic: lw.imaging


Mak, siapa sih yang ga bangga anaknya masih kecil sudah jago berbahasa Inggris dengan lancar? Si bocah ngomong sat set sat set pakai bahasa Inggris bahkan lebih baik dari orang tuanya. 

Gw salah satunya. Entah kenapa kalau bocah lagi ngomong pakai bahasa Inggris jadi keliatan lebih pintar 2 x lipat.

Belum lagi pujian dari Opung dan Opa Omanya. Makin terbang hati ini karena bocah dianggap pintar. 

Eh, tapi ntar dulu, Mak. 

Jangan implusif dulu mengajarkan bocah bahasa asing. Apalagi cuma demi ngasih makan ego kita sebagai orang tua.

Berdasarkan pengalaman gw ngebedah perkembangan bahasa bocah gw yang termasuk lambat, ada beberapa hal yang perlu Mak perhatikan sebelum Mak mengajarkan bahasa asing ke bocah-bocah Mak yang masih dibawah usia 5 tahun. 


* Bocah bakal sekolah dimana? 

Pertanyaan ini kayak biasa saja tapi krusial banget sebelum bocah diajarkan bahasa asinng. Kalau bocah akan disekolahkan ke sekolah internasional, mengajarkan bahasa asing sejak kecil sudah pasti jadi langkah yang tepat. Tapi kalau bocah akan disekolahkan ke sekolah dengan kurikulum nasional, lebih baik fokus untuk mengajarkannya bahasa Indonesia dahulu. Bahasa asing bisa diselipkan sesekali.

Kenapa kudu kayak gitu? Gini, Mak, proses belajar di sekolah itu kan banyak mendengarkan guru, membaca materi belajar. Kalau anak kita lebih banyak menggunakan bahasa asing di kehidupan sehari-harinya, akan sulit buat mereka menangkap pelajaran atau bacaan di buku. Bocah bisa mengalami masalah belajar yang malah bisa jadi sumber stress si bocah. 

Kita mungkin akan marah-marah menjelaskan

"Masa gini aja ga paham?!"

Padahal anak kita mah ga bodoh. Masalahnya dia tidak paham apa yang dijelaskan oleh guru, apa yang dituliskan di buku, jadilah dia anak yang dianggap kesulitan belajar.

Bocah gw, Mak ga paham apa itu kata selisih, ga paham juga beberapa bahasa Indonesia. Sering sekali dia mengucapkan kata dalam bahasa Inggris dan minta diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Pr banget, Mak ngajarinnya. Kasian juga waktu kita jelaskan ekspresinya kayak ga nyampe. Kadang juga nanya arti kata sederhana dalam bahasa Indonesia. Bahasa Inggrisnya apa? Supaya dia bisa memahami apa yang emaknya bicarakan. 

"Ah, nanti bisa diajarin,"

Gampang sih ngomong kayak gini. Tapi, masalahnya, yang sekolah kan si bocah, yang mengalami stress juga si bocah. 

Kita orang dewasa aja suka stress harus dengerin hal-hal yang ga kita pahami, apalagi seusia mereka. Ya kan?? 

Jadi, pastikan itu dulu ya Mak. Jangan sampai anak kita benci sekolah karena merasa asing, merasa dirinya bodoh karena ga paham-paham.


* Bocah lebih banyak bergaul dengan siapa?

Penting bangetkah masalah ini? Ya, pentinglah Mak. Bayangin Mak yang berbahasa Batak, baru sampai Jakarta, ngobrol bareng temen-temen yang berbahasa Sunda. Mereka asik ngobrol dengan bahasa daerah mereka, sementara Mak cuma bisa menduga-duga isi pembicaraan  dari mimik wajah. 

Kesannya sepele ya, Mak, tapi ngaruh banget buat perkembangan sosialnya bocah. 

Bocahku sempat ngomongnya belepotan. Dia bisa ngobrol lancar dengan sepupunya pakai bahasa Inggris, tapi saat harus bercerita dalam bahasa Indonesia dia gagap. Bahkan sampai frustasi karena lawan bicaranya tidak paham-paham.

Kebayang ga stressnya anak-anak saat harus komunikasi dengan teman seumuran tapi tidak dipahami?

"Ah, gampanglah. Nanti bisa diajari bahasa Indonesia saat udah besar."

Iya, bisa Mak, tapi bocahnya keburu numpukin stress dan pengalaman buruk. Tugas utama orang tua untuk membimbing anak-anak supaya bisa beradaptasi di lingkungannya bahkan saat tidak bersama orang tuanya. Salah satunya dengan membantu dia mengembangkan kemampuan bahasanya dengan baik dan tepat. 

Bahasa itu kunci utama supaya dia bisa mencapai hal-hal lain di kehidupan sehari-hari. Kalau bagian ini saja kesulitan, stress itu akan jadi berlipat ganda saat dihadapkan dengan hal lain. 

Contoh sederhana saja ya Mak, 

Baru-baru ini gw bantu bocah mengerjakan pr Matematika. Gw harus membacakan berulang-ulang soal yang ditulis. Selisih itu artinya apa, ditambahkan itu artinya apa. Padahal waktu kelas 1 sudah dijelaskan. 

Bahkan belajar matematika membutuhkan kemampuan bahasa yang baik untuk memahami soal.

Di kehidupan sosialnya, bocah gw pernah kesulitan juga. Dia dan teman-temannya bermain petak umpet. Bocah dapat giliran untuk ngumpet. Temannya sudah ngomong berkali-kali supaya dia ngumpet, tapi bocah gw cuma, "Ha? Ha? Ha?" Pas emaknya jelasin "hide" baru dia paham. 

Jangan sepelekan hal ini ya Mak. Kasian bocah dikemudian harinya. Gw udah ngerasain dan melihat muka frustasi bocahku karena orang ga paham-paham apa yang sedang ia jelaskan. Dalam permainan pun ga nyambung.

Puji Tuhan sudah lebih baik dengan beberapa cara dan latihan. 

Nanti tipsnya gw share ya, Mak. 


Tekankan hal ini ya, Mak. 

Mendidik anak yang paling utama adalah EMPATI. Saat kita punya ilmu parenting segambreng, tapi ga punya empati ke anak, ilmu itu jadi seperti target dan kewajiban. Terasa kosong dan sekedar formalitas.

Tapi kalau kita pakai empati kita ke anak, kita berusaha kenal anak dan melihat kebutuhannya, kita bisa memilah ilmu mana yang patut kita pakai pada situasi A atau situasi B, pada anak C dan anak D. 

Gituu. 

Semoga membantu.


0 Comments