Ini Salibku, Apa Salibmu??


Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. Lukas 9:23



Kemarin SATE dari bukunya Max Lucado dan tema yang diangkat adalah tentang PIKUL SALIB. Baca PIKUL SALIB berkesan beban banget ya. Tapi di penjelasan Max Lucado ini membuat saya mengerti suatu hal, PIKUL SALIB itu bukan suatu beban, tetapi kehormatan.

Max Lucado menulis “ Salib adalah sarana yang dipakai Allah untuk penebusan dan keselamatan – bukti jasih-Nya kepada umat-Nya”. Waktu baca ulang kalimat ini, saya ingat film the passion… Saya membayangkan bagaimana Allah merencanakan penyaliban Tuhan. Ia tidak merencanakannya dengan ketakutan dan ragu-ragu, khawatir dan cemas, tapi dengan hati yang menggebu-gebu karena kasih. Ia tahu bagaimana caranya mengambil kembali pengantin wanita-Nya dan hanya itu satu-satunya cara. Penyaliban.
Di buku ini Max Lucado menjelaskan bagaimana anak-anak Tuhan sering salah kaprah tentagn PIKUL SALIB dan salah satunya adalah saya. Selama ini saya pikir PIKUL SALIB bicara tentang orang Kristen yang dihina, ditindas, dan dicemooh. Atau tentang masalah yang sering kita alami dan kita menderita karena masalah itu. Ternyata bukan itu yang namanya PIKUL SALIB.

Kita masing-masing mempunyai salib yang harus dipikul – panggilan kita yang unik. Salib akan menjadi hari yang indah bila Anda mengetahui tugas yang diberikan Allah kepada Anda. Tugas itu cocok untuk Anda. Sesuai dengan kerinduan Anda dan memakai bakat dan talenta Anda.

Waktu baca perenungan ini saya langsung TOENG!! Bener juga. PIKUL SALIB itu sebuah kehormatan. Memang saat kita mengerjakan panggilan kita, akan ada saatnya kita harus bayar harga. Melakukan lebih dari yang orang lakukan tanpa panggilan.

Kadang –kadang kita mengeluh tentang orang tua yang belum lahir baru lalu tidak mengerti iman kita atau teman sejawat kita yang sering bermasalah dengan kita. Kita jadi mengasihani diri dan menganggap itu adalah penderitaan yang harus kita tanggung. SALIB yang harus kita pikul dan akhirnya kita tidak melakukan apa pun. Padahal saat itu Tuhan sedang memanggil kita.

Saya membayangkan Tuhan berkata seperti ini,


“ Heiii…itu masalah bukan untuk diratapi, tapi lakukan sesuatu untuk orang-orang itu. Engkau dipilih untuk menjadi terang di tengah-tengah mereka, bukan untuk menunjukkan bahwa orang Kristen selalu menderita. Bangkitlah dan lakukanlah pekerjaanmu. Bawa Kerajaan Allah ke tengah-tengah mereka.”


Setelah saya pikir-pikir, selama saya jadi orang Kristen saya memang tidak pernah menderita sampai ‘jatuh tergeletak’. Maksud saya, di saat-saat saya sulit dan susah Tuhan selalu ingatkan untuk saya mengambil bagian sebagai anak Allah. Apakah kita sebagai anak Tuhan ikut tertunduk dan meratapi masalah ataukah kita menjadi jawaban bagi orang lain?? Di saat-saat gelap pun Ia selalu memberi pengharapan di hati. Sering sekali Tuhan bilang “ Lasma, kamu akan melihat sesuatu.” – Bahasa kerennya , Ia mau pamer kuasa (halah). Mungkin ini yang membuat saya merasa aneh, setiap ada masalah besar, saya lebih ingin tertawa daripada menangis. Entahlah ya, mungkin itu salah satu efek jadi pengikut Kristus :p.

Jangan lupa baca INI JUGA

0 Comments